Pada saat itulah tentara Majapahit langsung, menghancurkan benteng Kediri. Pasukan Majapahit langsung berhadapan dengan pasukan penjaga Istana Jayakatwang.
Melihat kondisi pasukan Kediri yang makin terdesak, Jayakatwang memutuskan untuk mundur ke bentengnya. Namun, benteng tersebut sudah dilumpuhkan oleh prajurit Majapahit pimpinan R. Wijaya. Akhirnya Jaya Katwang memilih untuk menyerah.
Seperti dugaan awal bahwa, Mongol yang menyerang pintu utama, berhasil menahan 100 orang senopati Daha, Raja Jaya Katwang beserta kerabatnya ditambah dengan rampasan harta sedikitnya bernilai 50 juta yuan.
Raja Kediri Jaya Katwang Menyerah, dan Kerajaan tersebut dinyatakan runtuh.
Giliran Mongol menjalankan siasat berikutnya, yaitu seluruh tawanan dan harta rampasan perang diboyong ke Pos Induk di Kali Mas.
Setelah dirasa siasatnya berjalan lancar, giliran Ketiga Jendral Mongol mendesak R. Wijaya untuk menyerahkan 2 Putri Kertanegara, upeti dan menandatangani surat tunduk kepada Mongol.
Sejak awal R. Wijaya telah mencium gelagat semacam ini, sehingga dia jauh lebih siap menghadapi situasi paling buruk, yaitu menghadapi Mongol usai Kerajaan Daha Runtuh.
R. Wijaya sepakat mememenuhi permintaan Jendral Mongol Tersebut.
Jendral Gao Xing memerintahkan 2 perwira dan 200 pasukan tar-tar mengawal R. Wijaya ke Majapahit untuk mengambil yang dituntut oleh Mongol sebagai bukti ketundukan.
Perjalanan dari Daha-Kediri membutuhkan waktu tempuh selama 4 hari.
Armada Darat dan Laut Majapahit Bertempur dengan Armada Mongol
Setidaknya terdapat tiga kali pertempuran yang terjadi antara armada Majapahit dan armada perang Mongol, antara lain : (1) Pertempuran gerilya darat (2) Pertempuran di Pantai Tuban dan Kali Mas (3) Pertempuran Terbuka di Laut
Strategi perang Majapahit sama sekali bertolak belakang dengan pertempuran saat membantu pasukan Mongol menumbangkan Kediri.