Besaran dana riset itulah yang kemudian diperhatikan oleh lembaga pemberi ranking sebagai salah satu keberhasilan.
Sejak 2020 pemerintah Singapura melalui badan riset nasional-nya menyediakan dana riset lebih dari 250 trilyun rupiah dengan komntribusi terbesar dari sektor swasta.
Pada konteks ini peran A-STAR, sebuah lembaga yang berada di bawah koordinasi kementrian perdagangan Singapura, menjadi penting karena lembaga ini yang menjembatani dunia akademik dengan dunia industri dan sektor swasta.
Lebih lanjut, kampus di Singapura juga memiliki target dan arah kebijakan yang jelas, seperti misalnya mulai tahun ini, Indonesia menjadi salah satu mitra prioritas sehingga banyak beasiswa, program pertukaran mahasiswa dan akademisi serta riset diarahkan untuk memiliki partner strategis dari Indonesia.
“Pemerintah dan kampus di Singapura ingin mahasiswanya mengetahui dan memahami negara tetangga terdekat yang memiliki hubungan strategis sangat kuat, yaitu Indonesia” jelas Satrya.
Pertukaran mahasiswa inilah yang kemudian difasilitasi dan dikoordinasikan oleh kemdikbudristek dengan harapan pemahaman masyarakat kedua negara akan lebih dekat. Sehingga, imas positifnya adalah poin jumlah mahasiswa internasional bertambah dan diperhitungkan oleh lembaga pemberi ranking.
Satrya juga menambahkan bahwa hanya dengan Singapura, pemerintah Indonesia memiliki tradisi pertemuan rutin dua kepala pemerintahan setiap tahun berupa Leader’s Retreat yang dilaksanakan secara bergantian untuk membahas isu dan kerjasama dua negara. Termasuk program konsorsium universitas di Indonesia dan Singapura serta kerjasama pertukaran mahasiswa magang antar kedua negara yang akan dilaksanakan tahun 2024 lahir dari leader’s retreat tersebut.