Pada bagian lain, Riadi Ngasiran pada sejak awal berdirinya, sebagai Tim Kerja Museum NU di Surabaya menegaskan pengaruh dari fatwa Kiai Hasyim Asy’ari.
“Kedua keputusan agama dan politik NU (Fatwa Jihad Kiai M Hasyim Asy’ari tanggal 17 September 1945 dan Resoloesi Jihad NU tanggal 22 Oktober 1945) kemudian memperoleh dukungan besar dari organisasi keagamaan di Indonesia.
“Rakyat Muslimin Kebumen mengeluarkan mosi agar umat Islam bersungguhsungguh mempertahankan Republik Indonesia. Mosi tersebut dimuat di Suratkabar Harian
“Pada tanggal 7-8 November 1945, Umat Islam Indonesia menyelenggarakan Muktamar Islam Indonesia di Yogyakarta. Muktamar Islam Indonesia menyerukan seluruh umat Islam Indonesia untuk memperkuat persiapan
untuk berjihad fi Sabilillah”.
Dalam muktamar tersebut, PBNU mengeluarkan sebuah dukungan spiritual kepada para pejuang Kemerdekaan Indonesia yang telah diproklamasikan
pada 17 Agustus 1945.
“Resolusi Djihad Fii Sabilillah NU tersebut mengatakan bahwa berperang melawan penjajah dalam rangka mempertahankan kemerdekaan Indonesia adalah fardlu ’ain, dan mereka yang merusak persatuan rakyat harus dibinasakan. Resolusi tersebut disampaikan kepada Presiden RI, Panglima tertinggi TRI, Markas Tinggi Hizbullah, Markas Tinggi Sabilillah, dan seluruh Rakyat Indonesia. Resolusi tersebut dikenal dengan Resolusi Jihad Purwokerto.
Fahrul Muzaqqi tentang kaitan negara bangsa dengan ide pemikiran Hadratussyaikh KH Hasyim Asyari.
Mengingat selama ini belum begitu banyak yang mengetahui karya tulis KH. Hasyim Asyari yang beredar di masyarakat. Juga baru kali ini dibicarakan dalam bentuk halaqoh.