Aulanews.id – Perdana Menteri Benjamiin Netanyahu di uji dalam pendanaan pendidikan oleh partai-partai Ortodoks Israel guna memeperdalam masalah koalisi yang sedang terjadi.(07/09/2024). Partai-partai ultra-Ortodoks Israel yang sudah berselisih dengan mitra koalisi itu menuntut untuk merekrut pemuda religius ke dalam tantara.
“Selama setahun kami telah berjuang agar ‘New Horizon’ masuk ke dalam lembaga-lembaga ultra-Ortodoks. Tidak ada alasan bagi guru-guru kami untuk didiskriminasi,” kata Menteri Pendidikan ultra-Ortodoks Haim Biton. Biton, anggota Shas, salah satu dari dua partai Ortodoks dalam koalisi sayap kanan, mengatakan mereka tidak akan keluar dari pemerintahan karena masalah tersebut. Namun, partai ultra-Ortodoks lainnya, United Torah Judaism (UTJ), memberi tahu pimpinan koalisi bahwa hingga masalah pendanaan diselesaikan, mereka akan memboikot pemungutan suara di parlemen.
Pemimpin koalisi Ophir Katz mengatakan dia bekerja untuk menghindari pertikaian menjelang pemungutan suara untuk penambahan anggaran sebesar 3,4 miliar shekel ($918,35 juta) guna membantu mendanai puluhan ribu warga Israel yang mengungsi dari rumah mereka akibat serangan roket dari Lebanon. Perselisihan ini adalah yang terbaru dari banyak pertikaian yang telah menyoroti ketegangan dalam koalisi Netanyahu yang sulit dikendalikan selama hampir dua tahun krisis yang hampir konstan yang ditandai oleh protes massa terhadap reformasi peradilan dan perang Gaza .
Dengan pengelompokan partai-partai keagamaan dan nasionalis-keagamaan garis keras dan partai sayap kanannya sendiri, Likud, Netanyahu mengendalikan 64 dari 120 kursi parlemen, tetapi sejak awal, hubungan antar-menteri telah retak.
Partai-partai sayap kanan yang dipimpin oleh Menteri Keuangan Bezalel Smotrich dan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir telah berulang kali mengguncang koalisi atas sejumlah isu termasuk penanganan perang Gaza, mengancam akan meninggalkan koalisi jika ada langkah yang didukung oleh Menteri Pertahanan Yoav Gallant menuju kesepakatan untuk mengakhiri konflik.
Dengan pemerintah Netanyahu yang kemungkinan akan menghadapi perhitungan di pemilu atas kegagalan keamanan yang memungkinkan terjadinya serangan lintas batas oleh Hamas dari Gaza pada 7 Oktober, tidak ada satu pun partai yang menunjukkan keinginan nyata untuk keluar. Namun demikian, ketegangan semacam itu mengandung benih-benih masalah di masa mendatang, kata Malach. “Ini mungkin memulai sebuah proses yang tidak diinginkan semua pihak saat ini, tetapi mungkin itulah hasilnya.”
Sumber: Reuters