Kisah Misteri Leak yang Dirahasiakan Masyarakat Bali

Pertempuran antar Leak bisa jadi juga karena yang satu ingin mencelakakan dan yang lain bertindak sebagai balian yang membela kliennya. Beberapa pertempuran antar Leak juga bisa disaksikan oleh manusia.

Pertempuran Leak ini diduga sering terjadi di tengah gelapnya malam, dan tak jarang momen mati lampu digunakan sebagian orang yang penasaran dan ingin menguji nyali datang ke tempat yang dipercaya sebagai tempat pertandingan Leak, seperti kuburan misalnya.

Mengutip dari Tribun Bali, seorang masyarakat bernama Made Artadi mengaku pernah melihat dua bola api berwarna merah dan kuning, terbang dan saling berbenturan di udara, di pantai Padang Galak, Sanur, sekitar tahun 1987. Leak berwujud dua bola api yang berkejaran di atas pepohonan, pernah juga disaksikan juga oleh Komang Jepri dan Ketut Prasetya di wilayah Karangasem, sekitar tahun 1990.

Salah satu kisah pertempuran yang acap disebut-sebut oleh para penggosip Leak, adalah pertempuran legendaris antara seorang Ratu Leak dari Sanur dan peleak sakti dari Kramas, Gianyar. Perang Leak yang terjadi sekitar tahun 1988 itu, kemudian dimenangkan Leak dari Kramas.

Walau tidak ada yang sempat melihatnya, banyak yang mengungkapkan sejak kekalahan itu, kesaktian Leak di Sanur yang pernah disegani mulai melemah.

Leak yang jadi kesenian masyarakat

Kisah pertarungan Calon Arang ini kemudian diangkat dalam seni tari Barong. Tarian Barong pun disinyalir memiliki banyak versi. Salah satu versi yang sederhana dan ringkas adalah tari Barong Rangda yang dipentaskan secara rutin di atas panggung kompleks ampiteater Garuda Wisnu Kencana (GWK).

Tarian ini merupakan pengantar bagi masyarakat awam untuk memahami konsep rwa bhindeda yang merupakan bagian dari prinsip kehidupan masyarakat Bali. Tariannya selalu dimulai dengan dua monyet lucu yang menggoda Barong. Kemudian Rangda yang jahat muncul, dan mencoba menggunakan ilmu hitam pada para penari pria. Kemudian dia memerintahkan mereka untuk bunuh diri.

Namun, Barong juga diyakini melibatkan sihir pelindung pada pemeran laki-laki sehingga menjadi kebal. Tarian ini berakhir dengan pertarungan terakhir antara Barong dan Rangda. Barong memenangkan pertempuran dan kejahatan dikalahkan. Tarian ini biasanya ditampilkan selama festival Galungan, tetapi juga dilakukan saat ada penyakit atau kesialan di desa. Hal ini masih umum dilakukan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Bali.

Sejarah Tari Barong asal Bali juga dipercaya merupakan perkembangan dari Tari Reog Ponorogo. Selanjutnya saat di Pulau Dewata, Reog Ponorogo berubah bentukj sesuai dengan cerita masyarakat sekitar. Hal yang membuktikan Tari Barong sama dengan Reog adalah kesamaan bentuknya. Di mana Barong tersebut tampil tanpa menggunakan kucingan atau mahkota merak.

Siaran Langsung

Kiai Bertutur

Sosial

Add New Playlist