“Setiap ibu adalah pembentuk karakter bangsa dan agama melalui didikan serta teladan. Kita tidak sekadar menerima perbedaan, tetapi aktif mengubahnya menjadi energi positif bagi pembangunan bangsa,” katanya saat sambutan pengajian bulanan rutin di Lantai Utama Masjid Istiqlal, Pasar Baru, Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat, Sabtu (14/12/2024) pagi.
Ia mengatakan, para ibu perlu menyampaikan kepada anaknya tidak sekadar menerima perbedaan, tetapi aktif mengubahnya menjadi energi positif bagi pembangunan bangsa.
“Kita harus mampu melihat keragaman sebagai rahmat, bukan sekadar sesuatu yang harus ditoleransi. Mari kita jadikan perbedaan sebagai modal utama membangun kehidupan berbangsa yang harmonis,” jelas Putri Pendiri NU KH Wahab Chasbullah itu.
Hizbiyah menegaskan bahwa keragaman bukanlah penghalang, melainkan modal utama dalam membangun kehidupan berbangsa yang harmonis.
“Ibu-ibu Indonesia ini masyarakatnya terdiri dari beragam etnis dan agama, namun kita memiliki keberanian luar biasa untuk menyalurkan perbedaan menjadi kekuatan,” katanya.
“Semoga Allah SWT memberikan kekuatan dan petunjuk kepada kita semua. Alhamdulillah, kita berkisah dengan baik dan saling mendukung,” tambahnya.
Terkait ke-Indonesiaan, Ia memandang bahwa negara ini sangat luar biasa. Masyarakatnya terdiri dari beragam etnis, agama, dan latar belakang. Namun, Nyai Hizbiyah mengatakan perlu memiliki keberanian yang sangat istimewa untuk menyalurkan perbedaan menjadi kekuatan.
‘Ingat, setiap perbedaan memiliki potensi untuk menciptakan kesatuan yang kokoh. Kita harus menciptakan generasi yang tidak hanya menghormati perbedaan, tetapi mampu mengubahnya menjadi kekuatan positif,” ungkapnya.
Pengajian itu dihadiri oleh Rais Syuriyah Pengurus Wilayah (PWNU) DKI Jakarta KH Muhyiddin Ishaq, turut mengundang penceramah Syekh Akbar Muhammad Faturrahman, beserta seluruh Muslimat NU se-DKI Jakarta yang terdiri dari enam kota administrasi, yaitu Pusat, Barat, Timur, Utara, Selatan, hingga Kepulauan Seribu.