Aulanews.id – China, Filipina, dan Amerika Serikat saling mengeluarkan pernyataan keras yang membuat kondisi dan situasi di Laut China Selatan semakin memanas.
Mengutip BBC News, Presiden AS Joe Biden telah memperingatkan China bahwa AS akan membela Filipina jika terjadi serangan di Laut China Selatan yang disengketakan.
Pernyataan tersebut muncul selang beberapa hari setelah terjadi insiden tabrakan antara kapal Filipina dan Tiongkok di perairan yang diperebutkan.
Biden menegaskan kembali komitmen pertahanannya yang kuat terhadap Filipina.
Manila telah menentang klaim China atas perairan tersebut, memotong penghalang terapung dan mengundang media untuk memfilmkan apa yang mereka sebut sebagai tindakan berbahaya Beijing di laut.
Pernyataan Biden mengenai Laut China Selatan pada Rabu (26/10/2023) adalah pernyataan terkuatnya sejak ketegangan antara Beijing dan Manila memanas dalam beberapa bulan terakhir.
“Saya ingin memperjelas – saya ingin memperjelas: komitmen pertahanan Amerika Serikat terhadap Filipina sangat kuat. Perjanjian pertahanan Amerika Serikat dengan Filipina sangat kuat,” katanya.
Ditandatangani pada tahun 1951, Perjanjian Pertahanan Bersama mengikat AS dan Filipina, bekas jajahannya, untuk saling membela jika terjadi serangan bersenjata.
“Setiap serangan terhadap pesawat, kapal, atau angkatan bersenjata Filipina akan mengacu pada Perjanjian Pertahanan Bersama dengan Filipina,” tambahnya dalam pidatonya di Gedung Putih pada hari Rabu, saat menyambut Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese.
Tanggapan keras China
China menanggapi pernyataan AS dengan tidak kalah kerasnya.
Melansir Reuters, China menegaskan bahwa AS tidak punya hak untuk terlibat dalam masalah antara China dan Filipina.
Pernyataan tersebut dirilis oleh Kementerian Luar Negeri China pada Kamis (26/10/2023), ketika ketegangan meningkat akibat konflik di perairan yang disengketakan di Laut China Selatan.
“AS bukan pihak yang terlibat dalam masalah Laut China Selatan, AS tidak punya hak untuk terlibat dalam masalah antara Tiongkok dan Filipina,” kata juru bicara kementerian Mao Ning.
China dan Filipina telah beberapa kali terlibat konfrontasi tingkat tinggi di Laut China Selatan, terutama di perairan yang disengketakan di sekitar Second Thomas Shoal, bagian dari Kepulauan Spratly.
Minggu lalu, sebuah kapal China bertabrakan dengan kapal Filipina. Akibat insiden itu, Manila mengutuk dalam tingkat yang paling keras atas manuver pemblokiran yang berbahaya terhadap kapal tersebut.