Di Gaza sendiri, Israel melanjutkan serangannya terhadap rumah sakit Al Shifa, satu-satunya fasilitas medis yang berfungsi sebagian di bagian utara Jalur Gaza, pada hari keempat. Warga mengatakan bangunan-bangunan di dalam kompleks tersebut terbakar dan warga lainnya melaporkan bahwa mereka melihat tembakan dan orang-orang ditembak di dalam kompleks tersebut.
Seorang juru bicara militer Israel mengatakan orang-orang bersenjata Hamas dan Jihad Islam bersembunyi di gedung yang menampung ruang gawat darurat rumah sakit dan memperkirakan serangan tentara akan berlanjut selama beberapa hari lagi.
Hamas membantah bahwa rumah sakit tersebut menampung para pejuang dan mengatakan mereka yang tewas adalah pasien yang terluka dan orang-orang yang kehilangan tempat tinggal.
“Kami sedang mengevakuasi pasien, sekitar 220 pasien, ke gedung lain,” kata Laksamana Muda Daniel Hagari dalam pernyataan yang disiarkan televisi, “dengan peralatan medis yang sesuai sehingga semua pasien dan dokter bisa selamat. Kami terus memanggil semua pria bersenjata di dalam gedung untuk menyerah.”
Hagari menambahkan beberapa komandan Hamas yang “sangat penting” telah ditangkap tetapi dia belum bisa mengungkapkan identitas mereka karena mereka memberikan informasi intelijen yang berharga.
Seorang jurnalis lokal, Osama Al-Ashi, yang tinggal di dekat rumah sakit Al Shifa menulis di halaman Facebook-nya bahwa dia tidak dapat meninggalkan daerah tersebut karena dikelilingi oleh tank.
“Saya bisa mati kapan saja… Saya takut pada segala sesuatu di sekitar saya dan segalanya,” katanya.
KELAPARAN DI BULAN RAMADHAN
Dengan kelaparan yang semakin parah di wilayah enklaf yang penduduk tersebut, dimana perang selama lima bulan telah menyebabkan kekurangan pangan yang parah, kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa hanya dengan membuka lebih banyak penyeberangan perbatasan bagi truk-truk yang membawa bantuan dapat mencegah kelaparan di Gaza.