2. Aji Santoso
Lelaki ini berasal dari Kepanjen, Kabupaten Malang. Dia memulai karirnya dari sana bergabung lebih dulu ke Arema. Ditransfer di Liga Indonesia 2, Aji Santoso dipercaya menjadi kapten setahun berikutnya.
Kepemimpinannya membawa sukses. Persebaya menjadi juara Liga Indonesia 1996/1997. Bahkan, posisinya di bek kiri tak tergantikan selama dia di Persebaya. Saat tak lagi bermain, Aji juga kembali ke Persebaya dengan status sebagai pelatih. Ada dua periode yang dilakoni yakni di masa Liga Premier Indonesia (LPI) dan Liga 1. Di LPI, dia sukses mengantarkan Persebaya menjadi pimpinan klasemen. Sayang, kompetisi ini tak berjalan hingga akhir.
Kemudian di Liga 1, awalnya Aji datang sebagai pelatih pengganti mengisi posisi arsitek tim sebelumnya, Wolfgang Pikal, yang dianggap gagal. Di musim pertama, 2019, Persebaya sukses menduduki posisi kedua dengan posisi juara diduduki oleh Bali United. Kompetisi kembali digulirkan di 2021/2022 setelah terhenti karena pandemi Covid-19. Hasilnya, Aji yang kembali dipercaya menjadi pelatih gagal mempertahankan posisi Persebaya di kompetisi. Di klasemen akhir, Persebaya ada di peringkat kelima. Kini, tantangan berat kembali dilakoni Aji dengan status tetap sebagai pelatih. (*)
3. Totok Anjik
Dikenal sebagai sosok pemain belakang yang keras. Pemain asal Malang ini bergabung di era Bledug Ijo atau Persebaya setelah kalah di final melawan Persib Bandung di musim 1989. Totok menjado pemain belakang yang sulit dilewati lawan. Dia juga menjadi bagian Persebaya saat menjadi juara Piala Utama, sebuah kompetisi yang menggabungkan dua kompetisi di Indonesia, Galatama dan Perserikatan.
Sayang, Totok belum mengantarkan Persebaya menjadi juara di level teratas, baik masih di perserikatan maupun sudah bergabung dengan Galatama menjadi Liga Indonesia. Saat Persebaya juara musim 1996/1997, namanya sudah tak ada di Persebaya.
Saat ini, Totok menjadi pelatih. Dia pernah menjadi bagian dari Bhayangkara FC yang tampil di Elite Pro Academy.