Selain banyak program yang digerakkan Pemprov Jatim untuk mengatasi kemiskinan agar berjalan efektif, turunnya angka kemiskinan di Jatim menurut Gubernur Khofifah juga dipengaruhi sejumlah faktor.
Seperti pertumbuhan ekonomi Jatim pada Triwulan III 2023 (Q to Q) berhasil tumbuh impresif sebesar 1,79 persen di atas nasional dan tertinggi se-Pulau Jawa. Selanjutnya juga dipengaruhi Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus 2023 sebesar 4,88 persen, turun 0,61 persen poin dibandingkan dengan Agustus 2022 (5,49 persen).
Sejauh ini Pemprov Jatim juga menginisiasi Penghapusan Kemiskinan Ekstrem melalui bantuan sosial bagi 22.186 keluarga miskin ekstrem di 15 kabupaten/kota, masing-masing keluarga mendapatkan bantuan senilai Rp1.500.000 yang digunakan sebagai modal usaha.
Selain itu, Pemprov Jatim juga menginisiasi Program Renovasi Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu). Sejak tahun 2019 sampai dengan 2023 telah dilakukan renovasi terhadap 33.745 unit rumah dengan total anggaran sebesar Rp402 miliar bekerja sama dengan Kodam V Brawijaya dan Lantamal V Surabaya, serta Program Elektrifikasi atau penyambungan listrik bagi 16.780 Rumah Tangga Miskin (2019 – 2023).
Penurunan kemiskinan di Jawa Timur juga didorong oleh peningkatan pendapatan penduduk miskin melalui kegiatan usaha produktif yang didukung adanya permodalan UMKM.
Beberapa program tersebut diantaranya Prokesra dengan plafon maksimal Rp50 juta per debitur, telah terealisasi pinjaman murah bagi 8.941 Usaha Mikro Kecil (UMK) dengan subsidi bunga, sehingga pelaku usaha ultra mikro dan mikro hanya menanggung beban bunga pinjaman 3 persen per tahun dengan jangka kredit maksimal 36 bulan,” jelas Gubernur Khofifah.