“Delay sampai 12 jam tanpa pemberitahuan yang semestinya. Semua diinfo secara mendadak. Bahkan, jamaah sudah naik bus dari hotel menuju bandara, baru diinfo kalau pesawat terlambat,” ujar Saiful Mujab.
“Hal ini berdampak sistemik, karena terkait hotel transit yang juga sudah ada kloter berikutnya yang akan menempati hotel yang sama. Akibat masalah Garuda ini juga, akhirnya jamaah yang dirugikan,” sebut Saiful Mujab.
“On Time Performance atau OTP-nya sangat buruk,” sambungnya.
Data yang tercatat di Kemenag, dari 50 penerbangan 2 kloter lebih cepat, 20 kloter tepat waktu, 8 kloter terlambat 30 menit s.d. 1 jam, 13 kloter terlambat 1 s.d. 2 jam, dan 7 kloter terlambat lebih dari 2 jam.
Saiful Mujab berharap Garuda Indonesia fokus pada upaya perbaikan kinerja pada sisa penerbangan pemulangan jamaah haji Indonesia. Pastikan pesawat yang akan digunakan siap. Kru pesawat juga siap bertugas, sehingga potensi terjadinya keterlambatan atau delay penerbangan tidak terulang.
“Kasihan jamaah kalau Garuda delay terus. Saya harap Garuda fokus saja pada perbaikan kinerja. Layani jamaah haji Indonesia dengan baik dengan tidak membuat jadwal penerbangan delay,” tandasnya.
Humas