Aulanews.id – Beberapa dokter muda di India tetap mogok pada hari Minggu sebagai bentuk protes atas pemerkosaan dan pembunuhan salah satu rekan mereka di Kolkata. Meskipun aksi mogok 24 jam yang dipimpin oleh asosiasi dokter terbesar di India telah berakhir, protes masih berlanjut.
Selama seminggu terakhir, dokter di seluruh India mengadakan unjuk rasa, pawai lilin, dan menolak menangani pasien non-darurat setelah kematian seorang mahasiswa kedokteran berusia 31 tahun pada 9 Agustus. Insiden ini terjadi di Rumah Sakit dan Perguruan Tinggi Kedokteran RG Kar, yang menunjukkan bagaimana kekerasan terhadap perempuan tetap menjadi masalah serius di India, meskipun undang-undang telah diperketat setelah kasus pemerkosaan massal pada 2012 di Delhi.
“Putri saya telah tiada, tetapi jutaan putra dan putri kini bersama saya,” kata ayah korban, yang tidak dapat diidentifikasi berdasarkan hukum India, kepada wartawan pada Sabtu malam, merujuk pada para dokter yang berunjuk rasa. “Ini telah memberi saya banyak kekuatan dan saya merasa kami akan memperoleh sesuatu darinya.” dilansir dari reuters (18/08/2024)
Asosiasi Medis India mengirimkan surat kepada Perdana Menteri Narendra Modi, meminta agar pemerintah meningkatkan perlindungan bagi tenaga medis. Mereka mengusulkan agar rumah sakit menerapkan protokol keamanan yang lebih ketat, mirip dengan standar keamanan di bandara. Mereka menekankan bahwa 60% dokter di India adalah perempuan dan berhak mendapatkan lingkungan kerja yang aman.
Sementara sebagian besar dokter telah kembali bekerja, lebih dari 6.000 dokter magang di Gujarat terus mogok. Dr. Dhaval Gameti, presiden Asosiasi Dokter Junior di BJ Medical College di Ahmedabad, mengatakan bahwa mereka hanya memberikan layanan medis darurat dan tidak melayani pasien di departemen rawat jalan atau bangsal rutin.
Pemerintah telah meminta para dokter untuk kembali menangani kasus darurat seperti demam berdarah dan malaria yang meningkat. Pemerintah juga telah membentuk sebuah komite untuk merekomendasikan langkah-langkah guna meningkatkan perlindungan bagi profesional kesehatan.
Di Rumah Sakit RG Kar, polisi telah menerapkan larangan berkumpul untuk mencegah kerusuhan. Pasukan anti huru hara dikerahkan untuk menjaga ketenangan di sekitar area rumah sakit. Meski demikian, protes masih berlangsung dengan beberapa dokter magang menolak untuk kembali bertugas, yang menyebabkan dampak pada operasional rumah sakit.