Putin naik ke kekuasaan dengan janji untuk menindas para teroris: Mantan perwira KGB tersebut tidak dikenal secara politik saat ia berjanji pada tahun 1999 untuk “memusnahkan” separatis Chechnya.
Ancaman tersebut menyusul serangkaian ledakan apartemen di Rusia yang menewaskan ratusan jiwa dan memicu kepanikan nasional selama berminggu-minggu. Putin kemudian akan mengikuti ancamannya dengan invasi ke Chechnya yang memisahkan diri, langkah yang melambungkan posisinya sebagai sosok yang tangguh dan berkuasa di Rusia, citra yang akan membantunya mengamankan kekuasaan yang tidak terbantahkan.
Perang kedua di Chechnya adalah urusan yang brutal, dan aktivis hak asasi manusia mendokumentasikan munculnya “kamp penyaringan” di mana warga sipil secara rutin dikenakan penghinaan, penyiksaan, dan kadang-kadang eksekusi tanpa pengadilan. Pasukan Rusia mengulangi praktik tersebut di bagian-bagian yang diduduki di Ukraina.
Perilaku keji aparat keamanan Rusia baik di Chechnya maupun di Ukraina sering kali tetap di luar pandangan publik, setidaknya dalam narasi yang dipromosikan melalui media resmi Rusia. Tetapi setelah serangan Crocus City pada hari Jumat, kekejaman dari layanan keamanan Rusia muncul dengan terang-terangan.
Rekaman video dan gambar diam yang muncul di media sosial Rusia tampaknya menunjukkan interogasi yang keras terhadap beberapa pria yang diduga terlibat dalam serangan teror. Satu video tampaknya menunjukkan salah satu tersangka, Saidakrami Rachabalizoda, didorong dengan wajah menghadap ke bawah ke tanah sambil bagian telinganya dipotong oleh seorang interogator. Sebuah saluran Telegram pro-Kremlin mempublikasikan foto diam yang tampaknya menunjukkan penyiksaan listrik terhadap satu orang lainnya.