Aulanews.id. Jakarta – Transaksi melalui perbankan digital telah tumbuh signifikan sejak dimulainya pandemi Covid-19. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengakui tren tersebut dari besarnya peningkatan penerimaan dan preferensi masyarakat dengan berbelanja secara online melalui berbagai e-commerce.
Bank Indonesia mencatat total nilai transaksi perbankan digital mencapai Rp 3.766,7 triliun pada Mei tahun ini, meningkat 20,82 persen (year-on-year) dibandingkan tahun 2021.
Salah satu dari 6 agenda prioritas sektor keuangan untuk Presidensi G20 Indonesia November mendatang yang diperkenalkan Bank Indonesia adalah menekankan pentingnya inklusi keuangan digital & keuangan UMKM. Dengan memanfaatkan sistem perbankan terbuka untuk meningkatkan produktivitas, dan mendukung ekonomi negara serta sektor keuangan inklusif bagi masyarakat yang masih kurang terlayani.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengidentifikasi ada 2.593 cabang fisik bank tutup di rentang 2017-2021, tetapi pada saat yang sama tercatat pertumbuhan 3 kali lipat dalam transaksi digital. Di Indonesia sudah banyak bank dan e-commerce yang memberikan layanan bank secara digital dan menciptakan aplikasi bank digital seperti Jenius oleh BTPN, Livin oleh Bank Mandiri, serta bank digital berbasis ecommerce seperti SeaBank (Shopee) – disusul Allo Bank, Permata Bank, dan Aladin.
Meski telah mengintegrasikan teknologi digital, sebagian besar proses orientasi dan layanan pelanggan masih bergantung pada kehadiran fisik. Sebagian besar calon nasabah yang berpotensi untuk diberi layanan kredit masih belum terlayani, dievaluasi, dan terlindungi secara efisien.