Aulanews.id, Maalae – Korban tewas kebakaran Hawaii kini mencapai 67 orang, dan menghanguskan kota wisata Lahaina di Pulau Maui, menurut pejabat setempat pada Jumat (11/8/2023) waktu setempat,
Jumlah korban tewas masih bisa bertambah, karena tim pencari sedang menyusuri reruntuhan bangunan yang hangus dengan bantuan anjing pelacak. Kebakaran hebat tersebut, telah merusak dan menghanguskan 1.000 bangunan.
Berdasarkan keterangan pejabat setempat dan laporan para saksi, bencana kebakaran Hawaii ini terjadi pada Selasa (8/8/2023) tengah malam. Api menyala menimbulkan kebakaran awalnya berasal dari Kota Kula, kira-kira 56 km dari Lahaina.
Menurut keterangan warga di Lahaina, sekitar lima jam setelah kebakaran di Kota Kula, listrik di wilayah mereka padam.
Kemudian dalam pembaruan postingan di Facebook pagi itu, Kabupaten Maui melaporkan, kebakaran Kula telah menghanguskan ratusan hektare padang rumput.
Api telah mencapai wilayah Lahaina, dengan terjadinya kebakaran di lahan seluas tiga hektare. Namun kobaran api berhasil diatasi.
Tetapi menjelang sore, situasinya berubah menjadi lebih mengerikan. Sekitar pukul 15.30 waktu setempat, kobaran api di Lahaina tiba-tiba kembali muncul.
Beberapa warga mulai mengungsi sementara orang-orang, termasuk tamu hotel, di sisi barat kota diinstruksikan untuk berlindung.
Pada jam-jam berikutnya, pejabat setempat memposting serangkaian perintah evakuasi di Facebook saat api menyebar ke seluruh kota.
Beberapa saksi mengatakan bahwa mereka tak mendapatkan pemberitahuan mengungsi. Hal ini membuat mereka, hanya memiliki waktu beberapa menit saja, sebelum kobaran api datang.
Beberapa orang terpaksa terjun ke laut di Samudera Pasifik untuk menyelamatkan diri.
Evakuasi Lahaina diperumit oleh lokasi pantainya di sebelah perbukitan, yang berarti hanya ada dua jalan keluar, kata Andrew Rumbach, spesialis iklim dan komunitas di Institut Perkotaan di Washington.
“Ini adalah skenario mimpi buruk,” kata Rumbach, mantan profesor tata kota di University of Hawaii.
“Api yang bergerak cepat di tempat padat penduduk dengan komunikasi yang sulit, dan tidak banyak pilihan yang baik dalam hal evakuasi,” ujarnya. (MEM)