Aulanews.id – Badan ini melakukan survei terhadap lebih dari 3500 generasi muda pada awal bulan Juni, yang mayoritas dari mereka berpendapat bahwa hak-hak mereka jarang atau tidak pernah dihormati.
“Ketika saya bertanya kepada anak-anak apakah hak-hak mereka di Haiti dihormati, jawabannya sering kali jelas: “tidak”, kata Samarre Tercier Marcellin, Advokat Pemuda untuk UNICEF Haiti.
“Anak-anak dianiaya, meninggal karena penyakit dan kekurangan gizi yang sebenarnya bisa disembuhkan atau dicegah, dan tidak memiliki akses terhadap pembelajaran yang berkualitas. Ini perlu diubah,” dia menambahkan.
Terlepas dari kenyataan yang nyata ini, sebagian besar responden survei UNICEF masih percaya bahwa masa depan anak-anak lebih cerah dibandingkan masa kini.
Haiti terus mengalami serangkaian krisis politik, sosial-ekonomi dan keamanan. Geng-geng yang bersaing memperebutkan kendali wilayah di ibu kota Port-au-Prince memaksa ribuan orang meninggalkan rumah mereka. Hal ini semakin memperburuk kemiskinan dan kelaparan parah di seluruh negeri.
Meskipun kekerasan geng masih berlangsung dan krisis kemanusiaan yang parah, generasi muda Haiti tetap optimis.
Krisis yang memburukOrganisasi Pangan dan Pertanian (FAO) dan Program Pangan Dunia (WFP) menambahkan Haiti ke dalam daftar negara yang “sangat memprihatinkan karena meningkatnya kekerasan yang dilakukan oleh kelompok bersenjata,” dalam laporan perkiraan terbaru mereka untuk bulan Juni hingga Oktober 2024.
FAO dan WFP juga telah mengidentifikasi Haiti sebagai “pusat kelaparan atau risiko kelaparan,” dengan lebih dari lima juta orang kini mengalami kerawanan pangan akut, jumlah tertinggi yang tercatat sejak gempa bumi tahun 2010.
