Dijelaskan, Filipina yang biasa unggul dengan selisih puluhan poin atas Indonesia kini hanya beberapa angka saja. Justru pada ASG edisi ke-11 tahun 2019 silam, Indonesia pernah kalah dengan skor 51-100.
Karena itu dengan berkurangnya selisih poin di akhir pertandingan kali ini, bisa disimpulkan ada perkembangan bola basket Indonesia luar biasa. Apalagi di sepanjang pertandingan para pemain juga menunjukkan perjuangan yang ekstra.
“Anak-anak tampaknya bermain agak beban dan di akhir kuarter empat saat kita tertinggal beberapa poin, anak-anak bermain terburu-buru dan secara individu, tidak menggunakan sistem. Padahal saat kuarter satu hingga tiga mereka bermain dengan sistem secara tim dan berdampak signifikan terhadap pertahanan lawan dan poin yang kita ciptakan,” terang Rifky.
Lebih lanjut disampaikan, apabila tim bermain sesuai instruksi yang disiapkan, hasil akhirnya bisa jadi berbeda. Meski begitu diakui pada praktiknya para pemain bertanding di luar skema yang disiapkan saat dalam tekanan.
Karenanya saat kontra Thailand dalam laga terakhir fase Grup A, Rifky meminta anak asuhnya tetap bermain berdasarkan sistem dan secara tim, agar mampu menemani Filipina ke babak semifinal.
“Anak-anak tidak mau pulang cepat dari ajang ini. Saat menghadapi Thailand nanti, saya meminta untuk bermain sebagai tim dan mereka berkomitmen untuk itu,” ujarnya.
“Kita akan ajak pemain lupakan kekalahan ini dan kembali fokus pada pertandingan. Kami harus kembali berlatih dan bersiap hadapi Thailand pada hari Senin (3/6),” tegas Rifky. (luk)