Aulanews.id – Dalam pandangan Guru Besar Universitas Airlangga (Unair) Surabaya ini, hal yang tidak dapat dielakkan bagi siapa saja yang nantinya akan terpilih sebagai presiden pada 2024 adalah harus menguasai suara warga Nahdlatul Ulama. Dengan demikian, pasangan yang benar-benar dapat meyakinkan Nahdliyin dapat dipastikan bisa melenggang dan terpilih sebagai presiden dan wakil presiden mendatang.
Penegasan disampaikan pengamat politik dan akademisi Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) tersebut pada acara launching dan diskusi bertajuk Pesona NU dalam Pilpres 2024. Kegiatan diselenggarakan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Pembangunan Nasional (Pemnas) Malang, Jumat (29/09/2023).
Prof Kacung mengatakan, dalam kontestasi politik ini, siapa saja yang bisa menguasai dan memenangkan hati orang NU, maka dia akan menjadi pemenang. Sedangkan suara dari kalangan lain tidak terlampau signifikan dalam menentukan pasangan yang akan bertarung pada pilpres mendatang. “Siapa yang bisa menguasai dan merebut hati orang NU sudah pasti menang,” kata pria asli Lamongan, tersebut.
Lebih lanjut, dirinya kemudian menjelaskan bahwa apa yang disampaikannya bukan tanpa alasan. Hal itu dia katakan karena berdasarkan hasil survei yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA pada Agustus 2023. Dalam jejak pendapat itu menunjukkan jamaah NU naik signifikan, dari 27 persen pada Agustus 2005 menjadi 56,9 persen pada Agustus 2023. “Artinya, lebih dari setengah penduduk Indonesia adalah warga NU,” tegasnya.
Namun demikian, dirinya memberikan pernyataan kritis saat suara Nahdliyin demikian menentukan. Yakni mau dibawa ke mana orang NU ini. Demikian pula bahwa NU memang tidak lepas dari konteks politik. “NU awalnya adalah organisasi sosial keagamaan, tapi kemudian NU berpolitik terutama adalah pada saat menjelang dan setelah kemerdekaan,” imbuhnya.
Di tempat yang sama, Ketua STIE Penmas Malang, Abdul Wahid MSA mengatakan, NU adalah organisasi terbesar di Indonesia. Sehingga pihaknya berharap, dengan adanya diskusi ini, Nahdliyin bisa mendapatkan pencerahan tentang kontestasi politik 2024 nanti.
Dirinya juga sependapat dengan ungkapan bahwa NU tidak akan dibawa ke mana-mana, tapi ada di mana-mana. Hal tersebut sebagaimana dibuktikan dengan tersebarnya kader NU di lintas partai, lembaga dan sejenisnya. (Ful)