Philip Muruthi, wakil presiden konservasi spesies di Africa Wildlife Foundation, mengatakan perlindungan telah memainkan peran besar dalam meningkatkan populasi badak. Di Kenya, jumlah mereka meningkat dari 380 pada tahun 1986 menjadi 1.000 tahun lalu, katanya. “Mengapa itu terjadi? Karena badak dibawa ke tempat perlindungan dan dilindungi.”
Muruthi menganjurkan kampanye yang akan mengakhiri permintaan cula badak serta adopsi teknologi baru dalam pelacakan dan pemantauan badak demi perlindungan mereka sekaligus mendidik masyarakat tempat mereka tinggal tentang manfaat badak bagi ekosistem dan ekonomi.
Dikenal sebagai herbivora mega yang merusak taman dan menciptakan jalan masuk bagi herbivora lain, badak juga pandai membangun hutan dengan memakan benih dan menyebarkannya ke seluruh taman melalui kotorannya.
Murithi menyesalkan bahwa badak putih utara—yang hanya tersisa dua ekor betina di dunia—tidak seharusnya berada begitu dekat dengan ambang kepunahan.
“Jangan sampai angkanya sampai sangat mahal untuk pemulihannya dan kita bahkan tidak yakin itu akan terjadi,” katanya.
Tubuh badak putih utara jantan terakhir—bernama Sudan—yang mati pada tahun 2018 telah diawetkan dan dipamerkan di Museum Kenya di Nairobi.
Seorang ilmuwan peneliti dan kurator mamalia di museum, Bernard Agwanda, mengatakan pelestarian Sudan akan menceritakan kisah tentang bagaimana spesies tersebut hidup di antara manusia dan mengapa konservasi itu penting.
“Jadi kami berharap badak putih utara di belakang kita ini akan hidup selama satu atau dua abad untuk dapat menceritakan kisahnya kepada generasi mendatang,” katanya.