Aulanews.id – TOKYO — Jepang pada Minggu mengatakan para ahlinya telah mengadakan pembicaraan dengan rekan-rekan mereka di Tiongkok untuk mencoba meredakan kekhawatiran Beijing atas pembuangan air limbah radioaktif yang telah diolah dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi yang hancur ke laut.
Dilansir dari berita AP News yang diterbitkan pada 31 Maret 2024, pembuangan ini ditentang oleh kelompok nelayan dan negara-negara tetangga khususnya Tiongkok, yang melarang semua impor makanan laut Jepang. Langkah Tiongkok ini berdampak besar pada petani kerang Jepang dan eksportir kerang ke Tiongkok.
Selama pembicaraan yang diadakan pada hari Sabtu di kota Dalian, Tiongkok timur laut, para pejabat Jepang memberikan penjelasan “berbasis sains” tentang bagaimana pelepasan tersebut dilakukan dengan aman sesuai rencana, menurut Kementerian Luar Negeri Jepang.
Gempa bumi dan tsunami tahun 2011 merusak pasokan listrik dan fungsi pendinginan reaktor di pembangkit listrik Fukushima, memicu kehancuran tiga reaktor dan menyebabkan sejumlah besar air limbah radioaktif terakumulasi. Setelah lebih dari satu dekade penyimpanan dalam tangki menghabiskan banyak ruang di kompleks tersebut, pabrik tersebut mulai membuang air setelah mengolahnya setidaknya sekali dan mengencerkannya dengan air laut pada 24 Agustus, memulai proses yang diperkirakan akan memakan waktu puluhan tahun.
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dan Presiden Tiongkok Xi Jinping pada pertemuan puncak mereka pada bulan November sepakat untuk mengadakan pembicaraan ilmiah dengan para ahli, dan sejak itu kedua negara telah mengadakan sejumlah pertemuan informal. Pernyataan Kementerian Luar Negeri Jepang pada hari Minggu adalah pengakuan publik pertama atas perundingan tersebut.