Aulanews.id, Gaza – Kementerian Kesehatan di Gaza sedang berjuang untuk memperbarui angka korban jiwa, karena pasukan Israel semakin menargetkan rumah sakit dan layanan sekutu di wilayah kantong yang terkepung.
Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mengonfirmasi bahwa terganggunya layanan dan komunikasi di rumah sakit di Gaza utara sangat menghambat para pejabat kesehatan.
Pada hari Minggu, kantor media pemerintah di Gaza memperbarui angka korban setelah jeda dua hari. Hal ini menambah jumlah korban tewas menjadi 11.100, termasuk lebih dari 8.000 anak-anak dan perempuan. Pembaruan resmi terakhir pada 10 November pukul 14.00 (12.00 GMT).
“Karena penargetan rumah sakit dan pencegahan masuknya jenazah atau korban luka, Kementerian Kesehatan pada hari Sabtu tidak dapat mengeluarkan statistik akurat mengenai jumlah korban tewas dan cedera selama beberapa jam terakhir,” kata kantor media dalam sebuah pernyataan, sebagaimana dilansir dari Al Jazeera, Minggu (12/11/2023).
Kementerian Kesehatan di Gaza telah memberikan informasi terkini setiap hari sejak perang dimulai menyusul serangan mendadak Hamas di Israel yang menewaskan sekitar 1.200 orang.
Pekan lalu, Barbara Leaf, asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Timur Dekat, mengatakan kepada panel DPR bahwa jumlah korban tewas di Gaza – yang berpenduduk 2,3 juta orang – kemungkinan lebih tinggi dari yang disebutkan.
Badan bantuan PBB mengonfirmasi dalam pembaruan terbarunya pada Sabtu bahwa gangguan komunikasi telah menghalangi masuknya angka baru.
Hampir 3.000 warga Palestina masih hilang dan mungkin terjebak atau mati di bawah reruntuhan, sementara 27.490 warga Palestina lainnya dilaporkan terluka, kata Kementerian Kesehatan pada hari Jumat.
Bagaimana sistemnya bekerja?
Kementerian Kesehatan sebelumnya telah menjelaskan metodologi pengumpulan data korban warga Palestina.
Setelah korban yang tiba di unit gawat darurat rumah sakit pemerintah teridentifikasi, data mereka, termasuk nomor identitas dan informasi pribadi, serta waktu kedatangan, dicatat dalam sistem informasi terkomputerisasi rumah sakit.
Setiap rumah sakit juga mencatat kasus kematian korban luka yang dirawat selama beberapa waktu di rumah sakit sebelum kematiannya.
Informasi harian tentang orang-orang Palestina yang terbunuh ditransfer dari sistem rumah sakit yang terdesentralisasi ke database pusat pencatatan pemerintah.
Rumah sakit non-pemerintah menggunakan formulir mereka sendiri untuk mencatat data tentang korban segera setelah mereka tiba. Kemudian, formulir tersebut dikirim ke Pusat Informasi Kesehatan di Kementerian Kesehatan dalam waktu 24 jam untuk dimasukkan ke database pusat.