Baku tembak tersebut telah membuat para pemimpin dunia khawatir, memicu hiruk-pikuk diplomatik. Presiden AS Joe Biden mengatakan perang habis-habisan mungkin terjadi di kawasan itu, tetapi masih ada ruang untuk diplomasi. “Perang habis-habisan mungkin terjadi, tetapi saya pikir masih ada peluang – kita masih bisa mencapai penyelesaian yang secara fundamental dapat mengubah seluruh kawasan,” kata Biden dalam acara The View yang ditayangkan di ABC pada hari Rabu.
Amerika Serikat memimpin upaya diplomatik baru untuk mengakhiri permusuhan di Gaza dan Lebanon, dengan menghubungkan kedua konflik tersebut sebagai bagian dari satu inisiatif, kantor berita Reuters melaporkan, mengutip tujuh sumber yang mengetahui inisiatif tersebut. Rinciannya sedang dibahas di Majelis Umum PBB di New York, demikian bunyi laporan tersebut. Ini akan menjadi pertama kalinya kedua front tersebut dihubungkan sebagai bagian dari upaya diplomatik AS, kata sumber tersebut.
Sejak Israel melancarkan serangannya ke Gaza pada 7 Oktober, Hizbullah dan Israel telah saling serang dengan roket hampir setiap hari, yang menyebabkan puluhan ribu orang yang tinggal di dekat perbatasan mengungsi. Namun, meskipun serangan itu sebagian besar terbatas di wilayah perbatasan dan ditujukan terutama pada target militer, ketegangan meningkat drastis minggu lalu setelah Israel mengatakan akan mengalihkan fokus militernya ke wilayah perbatasan utara.
Sebuah ledakan massal yang melibatkan pager dan perangkat komunikasi lain milik anggota Hizbullah minggu lalu menewaskan sedikitnya 42 orang dan melukai lebih dari 3.000 orang. Israel tidak menyangkal atau mengonfirmasi tanggung jawab atas serangan ini. Minggu ini, Israel memberikan pukulan telak bagi pimpinan militer kelompok tersebut dengan menewaskan kepala divisi misilnya, Ibrahim Qobeissi, dan seorang komandan senior di unit elit Radwan, Ibrahim Aqil, dalam dua serangan terpisah. Dilansir dari Aljazeera pada hari Kamis (26/09/2024)
