Jan Egeland menyebut tindakan Israel sebagai hukuman kolektif, PBB dan Palang Merah Internasional juga menyerukan gencatan senjata.
Israel dan pendukung utamanya Amerika Serikat mengatakan gencatan senjata penuh akan menguntungkan Hamas, namun jeda terbatas mungkin terjadi.
Israel melancarkan serangannya ke Gaza sebagai tanggapan atas serangan lintas perbatasan Hamas di Israel selatan pada hari Sabtu (7/10/2023) lalu yang menewaskan 1.400 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyandera sekitar 240 orang, menurut penghitungan Israel.
Itu adalah hari pertumpahan darah terburuk dalam 75 tahun sejarah Israel dan menuai kecaman internasional terhadap Hamas serta simpati dan dukungan terhadap Israel.
Namun pembalasan Israel di daerah kantong yang dikuasai Hamas telah menimbulkan kekhawatiran besar seiring dengan terjadinya bencana kemanusiaan.
Para pejabat Palestina mengatakan 10.812 warga Gaza telah terbunuh pada hari Kamis, sekitar 40% dari mereka adalah anak-anak, akibat serangan udara dan artileri, sementara persediaan dasar hampir habis dan daerah-daerah menjadi hancur akibat pemboman Israel yang tak henti-hentinya.
Warga di Kota Gaza, yang merupakan basis Hamas, mengatakan tank-tank Israel ditempatkan di sekitar wilayah tersebut. Kedua belah pihak melaporkan saling menjatuhkan banyak korban dalam pertempuran jalanan yang intens.
Israel, yang bersumpah untuk melenyapkan Hamas, mengatakan 33 tentaranya tewas dalam operasi darat saat mereka memasuki jantung Kota Gaza.
Pasukan Israel telah mengamankan benteng militer Hamas yang disebut Kompleks 17 di Jabalia di Gaza utara setelah 10 jam pertempuran dengan militan Hamas dan Jihad Islam di atas dan di bawah tanah, kata militer Israel pada hari Rabu (8/11/2023).