Israel Serang Gaza Utara, Mohammad Shtayyeh: Berapa Banyak Warga Palestina yang Harus Dibunuh Agar Perang Dapat Dihentikan

Aulanews.id – Pasukan Israel memerangi militan Hamas di antara reruntuhan bangunan di utara Jalur Gaza pada Kamis (9/11/2023) dan mendekati dua rumah sakit besar ketika penderitaan warga sipil di wilayah Palestina yang terkepung semakin memburuk.

Ribuan warga Palestina lainnya melarikan diri dari wilayah utara ke selatan melalui jalur garis depan yang berbahaya setelah Israel meminta mereka untuk mengungsi, kata warga.

Namun banyak dari mereka yang tinggal di wilayah utara, berjejalan di Rumah Sakit Al Shifa dan Rumah Sakit al-Quds ketika pertempuran darat berkecamuk di sekitar mereka dan semakin banyak serangan udara Israel yang dilancarkan dari atas.

Dilansir dari reuters.com pada hari Kamis (9/11/2023) waktu setempat, Israel mengatakan musuh-musuhnya, Hamas, memiliki pusat komando yang terletak di rumah sakit.

Di Doha, kepala CIA dan badan intelijen Israel Mossad bertemu dengan perdana menteri Qatar untuk membahas kemungkinan kesepakatan pembebasan sandera dan penghentian pertempuran, kata sebuah sumber.

Tidak ada rincian mengenai bagaimana pembicaraan tersebut berlangsung, Qatar telah bertindak sebagai mediator dengan Hamas di masa lalu.

Di Paris, para pejabat dari sekitar 80 negara dan organisasi bertemu untuk mengoordinasikan bantuan kemanusiaan ke Gaza dan mencari cara untuk membantu warga sipil yang terluka untuk melarikan diri dari pengepungan yang kini memasuki bulan kedua.

“Tanpa gencatan senjata, pencabutan pengepungan dan pemboman serta peperangan tanpa pandang bulu, pendarahan nyawa manusia akan terus berlanjut,” kata Jan Egeland, Sekretaris Jenderal Dewan Pengungsi Norwegia.

Jan Egeland menyebut tindakan Israel sebagai hukuman kolektif, PBB dan Palang Merah Internasional juga menyerukan gencatan senjata.

Israel dan pendukung utamanya Amerika Serikat mengatakan gencatan senjata penuh akan menguntungkan Hamas, namun jeda terbatas mungkin terjadi.

Israel melancarkan serangannya ke Gaza sebagai tanggapan atas serangan lintas perbatasan Hamas di Israel selatan pada hari Sabtu (7/10/2023) lalu yang menewaskan 1.400 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyandera sekitar 240 orang, menurut penghitungan Israel.

Itu adalah hari pertumpahan darah terburuk dalam 75 tahun sejarah Israel dan menuai kecaman internasional terhadap Hamas serta simpati dan dukungan terhadap Israel.

Namun pembalasan Israel di daerah kantong yang dikuasai Hamas telah menimbulkan kekhawatiran besar seiring dengan terjadinya bencana kemanusiaan.

Siaran Langsung

Kiai Bertutur

Sosial

Add New Playlist