“Ini adalah saat yang sangat menakutkan; ini adalah saat yang mengerikan bagi keluarga, warga sipil yang berlindung di rumah sakit bersama anak-anak mereka. Ini sangat buruk bagi staf yang merawat pasien mereka dan pasien itu sendiri,” kata El Mokhallalati.
“Bayangkan berada di rumah sakit yang airnya tidak ada, kebersihan dasar orang yang pergi ke toilet adalah sebuah tantangan. Makanan dan air minum belum sampai ke rumah sakit selama 6 hari ini, tidak ada cara untuk mendapatkan apa pun di rumah sakit,” imbuhnya.
Ia juga mengatakan, stasiun oksigen tidak berfungsi dan secara umum, staf tidak mampu merawat pasiennya.
Dokter bedah tersebut mengungkapkan keterkejutannya, karena seluruh dunia telah menyaksikan kejahatan ini dan melihat segala sesuatu yang terjadi dan tidak ada seorang pun yang dapat menghentikannya. Tidak ada seorang pun yang mengatakan dengan lantang bahwa hal ini tidak diperbolehkan.
“Di manakah komunitas internasional? Di manakah organisasi internasional yang dibentuk untuk membantu dan mendukung sistem kesehatan di wilayah perang untuk memastikan kebutuhan kemanusiaan terpenuhi di wilayah perang pada masa perang?” tanyanya.
“Kami semua berada di dalam gedung sekarang. Kami bahkan tidak bisa memeriksa melalui jendela apa yang ada di luar, kami tidak bisa mendapatkan apa pun untuk makan atau minum, kami tidak bisa memberikan apa pun kepada pasien kami, dan kami tidak bisa berpindah antar gedung sama sekali,” ujarnya.
Penggerebekan terhadap fasilitas medis terbesar di wilayah kantong Palestina terjadi setelah 5 hari serangan.
Kota ini telah menjadi pusat perang Israel di Gaza ketika pasukan pendudukan, bersama dengan Amerika Serikat, mengklaim bahwa Hamas, kelompok yang menguasai wilayah tersebut, menyembunyikan pusat komando militer di bawahnya.