Aulanews.id – Pesawat tempur Israel pada Kamis malam melancarkan serangan paling gencar di Lebanon selatan dalam hampir satu tahun perang, yang meningkatkan konflik antara Israel dan kelompok bersenjata Lebanon Hizbullah di tengah seruan untuk menahan diri.
Gedung Putih mengatakan solusi diplomatik dapat dicapai dan mendesak, dan Inggris menyerukan gencatan senjata segera antara Israel dan Hizbullah. AS “takut dan khawatir tentang potensi eskalasi,” kata juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre dalam sebuah pengarahan.
Serangan hebat tersebut menyusul serangan awal minggu ini yang dikaitkan oleh Lebanon dan Hizbullah dengan Israel yang meledakkan radio dan pager Hizbullah, menewaskan 37 orang dan melukai sekitar 3.000 orang di Lebanon. Dilansir dari reuters.com pada hari jum’at (20/9/2024)
Dalam operasi Kamis malam, militer Israel mengatakan jet-jet tempurnya selama lebih dari dua jam menyerang ratusan peluncur roket ganda di Lebanon selatan yang akan segera ditembakkan ke arah Israel.
Pengeboman tersebut mencakup lebih dari 52 serangan di Lebanon selatan setelah pukul 9 malam (1800 GMT), kata kantor berita negara Lebanon NNA. Tiga sumber keamanan Lebanon mengatakan ini adalah serangan udara terberat sejak konflik dimulai pada bulan Oktober.
Tidak ada laporan langsung mengenai korban jiwa. Militer Israel bersumpah untuk terus menyerang Hizbullah dan mengatakan serangannya sepanjang hari Kamis menghantam sekitar 100 peluncur roket ditambah target lain di Lebanon selatan.
Dalam pidato TV pada hari Kamis, pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah mengatakan ledakan bom pada hari Selasa dan Rabu “melewati semua garis merah”.
“Musuh telah melampaui semua kontrol, hukum, dan moral,” katanya, seraya menambahkan serangan tersebut “dapat dianggap sebagai kejahatan perang atau deklarasi perang.”
Israel belum mengomentari secara langsung mengenai peledakan pager dan radio, yang menurut sumber keamanan kemungkinan besar dilakukan oleh badan mata-mata Mossad, yang memiliki sejarah panjang dalam melancarkan serangan canggih di tanah asing.
Misi Lebanon untuk PBB mengatakan dalam suratnya kepada Dewan Keamanan pada hari Kamis bahwa Israel bertanggung jawab atas peledakan perangkat tersebut melalui pesan elektronik dan bahan peledak yang ditanamkan di dalamnya sebelum tiba di Lebanon, sejalan dengan teori yang beredar sejak ledakan tersebut.
Dewan Keamanan yang beranggotakan 15 orang akan bertemu pada hari Jumat untuk membahas ledakan tersebut. Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati meminta Dewan Keamanan untuk mengambil sikap tegas guna menghentikan “agresi” dan “perang teknologi” Israel.