Dikatakan bahwa pihaknya telah memerintahkan warga Palestina untuk pindah ke selatan di Gaza demi keselamatan mereka sendiri, meskipun jalur pantai itu hanya sepanjang 45 km (28 mil) dan serangan udara Israel juga akan menghantam wilayah selatan.
GENCATAN SENJATA
Pertemuan itu dimaksudkan untuk mencari cara mencegah perang regional yang lebih luas, namun para diplomat tahu bahwa kesepakatan publik akan sulit dicapai karena adanya sensitivitas seputar seruan gencatan senjata, apakah akan menyertakan penyebutan serangan Hamas dan hak Israel untuk mempertahankan diri.
Negara-negara Arab khawatir serangan ini akan membuat penduduk Gaza meninggalkan rumah mereka secara permanen dan bahkan pindah ke negara-negara tetangga seperti yang terjadi saat perang pada tahun 1948.
Presiden Mesir Abdel Fattah Al-Sisi mengatakan negaranya menentang perpindahan warga Palestina ke wilayah Sinai yang sebagian besar merupakan gurun pasir di Mesir, baginya satu-satunya solusi adalah negara Palestina harus merdeka.
Mesir khawatir akan keamanan di dekat perbatasan dengan Gaza di timur laut Sinai, mengingat Mesir pernah menghadapi puncak pemberontakan kelompok Islam dari tahun 2013 meskipun kini sebagian besar telah berhasil diredam.
Yordania, yang menjadi rumah bagi banyak pengungsi Palestina dan keturunan mereka, khawatir kebakaran yang meluas akan memberi Israel kesempatan untuk mengusir warga Palestina secara massal dari Tepi Barat.
Raja Abdullah mengatakan pemindahan paksa “adalah kejahatan perang menurut hukum internasional, dan merupakan garis merah bagi kita semua.”