Kiai Ageng Basyariyah atau Raden Mas Bagus Harun adalah putra dari Dugel Kesambi (Pangeran / Ki Ageng Nolojoyo), adipati Ponorogo pada akhir abad ke 17 M di bawah naungan Kerajaan Mataram.
Selain itu, ada Pasarean i Kanjeng Kyai Zakaria II (wafat 22 Januari 1871) dan Raden Mas Imam Soedjono (wafat 8 Februari 1876). Lokasi di Gunung Kawi berada di Kecamatan Wonosari.
Disinggung pula soal kesadaran memahami adanya perubahan dan kontinuitas (Change and Continuity). Menurutnya, kehidupan masyarakat dari zaman Sriwijaya, Mojopahit, terdapat ketersambungan sejarah. Masyarakat kita yang terbuka, penuh toleransi, menghargai perbedaan, meski dengan latar belakang kultural yang berbeda.
“Zaman Walisongo, para pejuang memperluas jejaring keilmuan dengan daerah-daerah lain di Indonesia. Jawa menjadi pusat peradaban: berjejaring dengan Sumatera, Kerajaan Tidore, Arafuru, Ternate, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua.
“Di sinilah, arti penting ziarah religi untuk menanamkan nilai-nilai budaya masyarakat yang berpijak pada tradisi religiusitas dan ketersambungan generasi terkini pada leluhurnya.
” Para peziarah memahami keberadaan generasi terkini tak lepas dari pergulatan hidup, perjuangan para leluhurnya yang mempunyai akar kuat dengan nilai-nilai keluhuran budi, pungkasnya.
Selain Prof M Mas’ud Said dan Riadi Ngasiran, ada pembicara lain, M Dawud soal publik speaking, Aliyul Murtadlo tentang Kiat Menjadi Content Creator, dan Zainul Abidin Juara tentang “Pengenalan Halal Lifestyle”.
Hari kedua para peserta mengikuti kunjungan ke Pondok Pesantren An-Nuur 2 Bululawang dan Kampoeng Heritage Kajoetangan Kota Malang. (***)