“Dengan teori ini, bangsa Indonesia yang sebagian besar Islam, bisa dilemahkan dan kehilangan jati diri selama ratusan tahun, membiarkan penjajahan di atas negeri terjadi bukan saja dari serangan bangsa asing tapi dengan melupakan dan tidak percaya akan keberadaan leluhur, kata Riadi, yang juga dikenal sebagai esais sastra dan kebudayaan.
Dijelaskan juga soal jejak sejarah Islam di Indonesia, mulai dari situs-situs makam Walisongo, dan situs lainnya yang mempunyai relasi dengan tokoh sejarah kontemporer Indonesia.Sepert Makam Kiai Ageng Muhammad Besari (Tegalsari Ponorogo), Masjid Agung Basyariyah, Sewulan, Madiun. (leluhur Gus Dur).
“Masjid Agung Sewulan (Masjid Ki Ageng Basyariyah yang didirikan pada tahun 1740 M/1160 H terletak di Desa Sewulan, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun adalah salah satu situs peninggalan Kyai Ageng Basyariyah (Raden Mas Bagus Harun) yang merupakan penyebar syiar Islam pertama di Sewulan.
Kiai Ageng Basyariyah atau Raden Mas Bagus Harun adalah putra dari Dugel Kesambi (Pangeran / Ki Ageng Nolojoyo), adipati Ponorogo pada akhir abad ke 17 M di bawah naungan Kerajaan Mataram.
Selain itu, ada Pasarean i Kanjeng Kyai Zakaria II (wafat 22 Januari 1871) dan Raden Mas Imam Soedjono (wafat 8 Februari 1876). Lokasi di Gunung Kawi berada di Kecamatan Wonosari.
Disinggung pula soal kesadaran memahami adanya perubahan dan kontinuitas (Change and Continuity). Menurutnya, kehidupan masyarakat dari zaman Sriwijaya, Mojopahit, terdapat ketersambungan sejarah. Masyarakat kita yang terbuka, penuh toleransi, menghargai perbedaan, meski dengan latar belakang kultural yang berbeda.
“Zaman Walisongo, para pejuang memperluas jejaring keilmuan dengan daerah-daerah lain di Indonesia. Jawa menjadi pusat peradaban: berjejaring dengan Sumatera, Kerajaan Tidore, Arafuru, Ternate, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua.
“Di sinilah, arti penting ziarah religi untuk menanamkan nilai-nilai budaya masyarakat yang berpijak pada tradisi religiusitas dan ketersambungan generasi terkini pada leluhurnya.
” Para peziarah memahami keberadaan generasi terkini tak lepas dari pergulatan hidup, perjuangan para leluhurnya yang mempunyai akar kuat dengan nilai-nilai keluhuran budi, pungkasnya.
Selain Prof M Mas’ud Said dan Riadi Ngasiran, ada pembicara lain, M Dawud soal publik speaking, Aliyul Murtadlo tentang Kiat Menjadi Content Creator, dan Zainul Abidin Juara tentang “Pengenalan Halal Lifestyle”.