Aulanews.id – Tokoh muda NU ini mengingatkan agar jangan menganggap sepele isu radikal di Indonesia. Menurutnya, dalam beberapa tahun terakhir penganut aliran radikal atau radikalis sedang mencoba merobohkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Yang mereka lakukan adalah dengan masuk ke beberapa lembaga pemerintahan dan Badan Usaha Milik Negara atau BUMN.
Dijelaskan Bahrawi, penangkapan DE alias Danang, pegawai Perseroan Terbatas (PT) Kereta Api Indonesia (KAI) mengonfirmasi bahwa kaum radikal masih bercokol di BUMN. Oleh sebab itu, semua pihak khususnya pimpinan lembaga negara termasuk BUMN untuk lebih selektif dan waspada karena kalau teledor akan sangat berbahaya.
“Saya hanya ingin mengetuk kesadaran @KemenBUMN. Sejak dulu saya dan beberapa teman berteriak ketika ada pendakwah beraliran Wahabi atau pengusung Khilafah yang anti-Pancasila berceramah di PLN, Telkom, Pertamina atau di Badan Usaha penting milik negara lainnya,” tulis Islah Bahrawi dalam akun Twitternya, Rabu (16/08/2023).
Seperti ramai diperbincangkan di media bahwa DE alias Danang ditangkap oleh Densus 88 Anti-Teror pada Senin (14/08/2023) di Bekasi Utara. Densus menemukan sedikitnya sembilan pucuk senjata dan ratusan peluru tajam.
Menurut Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia ini, sudah saatnya pemerintan, dalam hal ini BUMN lebih aware dengan isu radikalisme. “Karena banyak karyawan BUMN, kementerian dan lembaga negara hari ini yang mengharamkan Pancasila tapi menyuapkan makanan kepada diri dan anak istrinya dari Gaji Pancasila,” tulisnya.
Mereka sadar, sangat sulit untuk melakukan makar atau revolusi terhadap negara ini. Maka yang mereka lakukan adalah dengan “kudeta perlahan” melalui pengendalian lembaga-lembaga vital milik negara. Mereka berusaha menggelembungkan populasinya dengan harapan bisa mengendalikan negara ketika mereka sudah menduduki posisi “decision maker” di setiap entitas yang mereka kuasai.