Aulanews.id – Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Hosseini Khamenei telah meminta negara-negara Muslim untuk menghentikan ekspor minyak dan makanan ke Israel, menuntut diakhirinya pemboman di Jalur Gaza.
“Pemboman di Gaza harus segera dihentikan… jalur ekspor minyak dan makanan ke rezim Zionis harus dihentikan,” kata Khamenei dalam pidatonya, menurut media pemerintah Iran, sebagaimana dilansir dari Al Jazeera, Rabu (1/11/2023).
Dia menyatakan bahwa “masyarakat Gaza telah memobilisasi hati nurani masyarakat dengan kesabaran mereka,” mengacu pada protes pro-Palestina di seluruh dunia.
“Lihatlah apa yang terjadi di dunia. Di Inggris, Perancis, Italia, dan Amerika Serikat, banyak orang turun ke jalan dan meneriakkan slogan-slogan yang menentang Israel dan Amerika Serikat. Mereka telah kehilangan kredibilitasnya dan sungguh, tidak ada solusi bagi mereka karena mereka tidak dapat membenarkan serangan Israel,” kata Khamenei.
“Dunia Islam tidak boleh lupa bahwa dalam kasus Gaza, AS, Perancis, dan Inggrislah yang menentang rakyat tertindas di Gaza, bukan hanya rezim Zionis.”
Ribuan orang tewas
Israel telah berjanji untuk memusnahkan Hamas yang didukung Teheran, kelompok bersenjata yang menguasai Gaza, menyusul serangan yang terjadi pada hari Sabtu (7/10/2023) yang menurut Israel menewaskan 1.405 orang dan menyebabkan ratusan orang ditawan.
Israel telah melancarkan pemboman yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Gaza dan memberlakukan pengepungan terhadap daerah kantong tersebut. Pihak berwenang Palestina mengatakan hampir 8.800 orang telah terbunuh.
Para ulama penguasa Iran telah memperingatkan Israel akan eskalasi jika tidak mengakhiri agresi terhadap Palestina, yang menunjukkan bahwa proksi yang didukung Teheran di wilayah tersebut siap untuk bertindak.
Diplomat utama Iran, Hossein Amirabdollahian mengatakan pada Selasa (31/10/2023) bahwa “wajar jika kelompok dan gerakan perlawanan tidak tinggal diam terhadap semua kejahatan” yang dilakukan oleh Israel.
“Mereka tidak akan menunggu saran siapa pun, oleh karena itu kita perlu menggunakan peluang politik terakhir untuk menghentikan perang,” lanjutnya, memperingatkan bahwa situasi bisa “tidak terkendali”.
Pernyataan itu muncul beberapa jam setelah pemberontak Houthi yang bersekutu dengan Iran di Yaman mengklaim mereka meluncurkan “sejumlah besar” rudal balistik dan drone ke arah Israel selatan, dan kelompok tersebut berjanji untuk melanjutkan serangannya.