Aulanews.id – International Finance Corporation (IFC) menandatangani perjanjian dengan produsen baja Indonesia PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP) (GGRP.JK), untuk mendukung peralihannya ke produksi rendah karbon dan membantu mengakses pasar baja hijau.(05/09/2024)
Dalam investasi pertamanya di sektor baja Asia selama lebih dari satu dekade, IFC akan menyediakan $60 juta untuk membantu meningkatkan tanur busur listrik (EAF) GRP dan meningkatkan efisiensi energi, dan juga akan menjajaki cara untuk membiayai penghentian operasional tanur sembur GRP.
IFC mengatakan investasinya pada produsen baja swasta nasional terbesar di Indonesia dapat menjadi yang pertama dari banyak proyek yang ditujukan untuk menanggulangi emisi CO2 akibat pemanasan iklim di industri baja.
Pejabat operasi senior IFC, Antonio Della Pelle, mengatakan bahwa lembaga pembiayaan Bank Dunia berencana untuk meluncurkan proyek serupa dan “mendorong dekarbonisasi di seluruh sektor” melalui penggunaan teknologi EAF, yang menggunakan listrik dan bukan batu bara yang menjadi bahan bakar tanur sembur tradisional, sehingga menurunkan emisi.
IFC juga akan membantu GRP meningkatkan kinerja operasi EAF saat ini dan mengidentifikasi produk dan sektor yang bersedia membayar premi hijau untuk baja.Kepala eksekutif GRP, Kimin Tanoto mengatakan perusahaan yang berlokasi di provinsi Jawa Barat, berencana untuk berinvestasi hingga $600 juta untuk meningkatkan seluruh pabriknya dan memposisikan dirinya sebagai produsen baja hijau regional terkemuka.
GRP biasa mengekspor sekitar 80% produk baja datarnya ke Eropa, tetapi tidak mampu bersaing dengan produsen raksasa Tiongkok, tetapi dengan menaikkan biaya produk baja karbon tinggi tradisional, CBAM dapat memungkinkannya bersaing lagi di pasar Eropa, terutama karena permintaan baja hijau meningkat. “Kami benar-benar mendukung penerapan pajak karbon dan kebijakan seperti CBAM,” ucap Tanoto, “Dengan penerapan pajak karbon, kami cukup yakin bahwa kami akan sangat kompetitif di masa mendatang.” lanjutnya.
Sumber: Reuters