Driliani Kharismaningtias menambahkan, alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bejana maserasi, corong bushner, kertas saring, rotary evaporator, gelas ukur, lup, pipet tetes, tisu, masker, sarung tangan. Sedangkan bahan yang digunakan berupa etanol 96 persen, aquades, boglog jamur kuping dan biji sirsak.
Bahan dan cara membuat ekstrak biji sirsak
Sampel biji sirsak sebanyak 1.000 gram dicuci agar bersih dari sisa-sisa daging buah yang masih menempel. Kemudian dipotong-potong dan dikeringkan.Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam biji sehingga diharapkan pada proses ekstraksi berlangsung cepat.
“Pembuatan ekstrak biosakarida diawali dari biji sirsak yang sudah dihaluskan kemudian dilarutkan dalam senyawa non-polar yaitu etanol 96 persen sampai serbuk terendam semua pada bejana maserasi,” kata Driliani.
Perendaman dilakukan pada suhu kamar hingga 24 jam. Setelah 24 jam, hasil maserasi disaring menggunakan corong dan dialasi kertas saring.Kemudian diuapkan pada evaporator untuk dihasilkan ekstrak murni biji sirsak.
Konsentrasi yang digunakan untuk pengujian terhadap tungau adalah 0 persen, 15 persen, 30 persen, 45 persen dan 60%. Pengujian terhadap tungau penyebab penyakit krepes pada jamur kuping dilakukan dengan menyemprotkan ekstrak biji sirsak dengan konsentrasi 0 persen, 15 persen, 30 persen, 45 persen dan 60% pada baglog jamur kuping dengan 3 kali pengulangan.
“Ekstrak biji sirsak dapat digunakan sebagai pembasmi hama tungau penyakit krepes hingga hari ke-4 perlakuan, dengan konsentrasi optimal pada larutan 60 persen,” tandas Nur Wakhidah.