Adrian Perkasa, tengah memperdalam ilmunya di Belanda dan aktif di PCINU Belanda, mengingatkan pentingnya pendalaman dalam penulisan kajian tersebut. Misalnya, soal perlawanan KH M Hasyim Asy’ari terhadap Belanda dan pendudukan Jepang.
“Disebutkan perlawanan Kiai Hasyim saat pendudukan Jepang dengan menolak seikeri atau menundukkan kepala ke arah matahari. Tapi, disebutkan juga Kiai Hasyim menerima jabatan sebagai kepala Syumubu (Kepala Kantor Urusan Agama) menggantikan Husein Djajadiningrat. Ini harus ada penjelasan rinci,” tutur Adrian, yang juga dosen Universitas Airlangga Surabaya.
Sementara itu, Prof Peter Carey menegaskan tak ada tindakan tanpa adanya komando yang jelas. Orang-orang Islam berhasil digerakkan dengan kekuatan radio oleh Bung Tomo. Sehingga, arah pertempuran berhasil dikomando dengan teriakan pidato radio yang bisa menggerakkan massa.
“Kebetulan kami sedang menyiapkan seri kedua dari buku Gelora Api Revolusi, yang pernah menjadi serial radio BBC bersama Colin Wild. Kami mempunyai dokumentasi wawancara dengan sejumlah tokoh yang terlibat langsung semasa Revolusi Indonesia,” tambah Peter Carey, yang memfokuskan kajiannya Perang Diponegoro dan berhasil menghimpun kajian dalam tiga jilid buku berjudul “Kuasa Ramalan”.
Menggugat Pemkot Surabaya
Riadi Ngasiran, melalui rancangan bukunya itu menyampaikan, lebih dari sepuluh kiai dan tokoh Nahdlatul Ulama telah ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional. Merupakan suatu pengakuan resmi atas perjuangan dan pengabdian para ulama pesantren itu kepada bangsa dan negara. Khususnya pada saat perjuangan kemerdekaan dan saat-saat genting dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.