Aulanews.id – Ilmuwan pengembang vaksin Oxford-AstraZeneca Carina Citra Dewi Joe dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Rekayasa Biomanufaktur Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga (Unair), Rabu (20/12/2023).
Salah satu pemilik hak paten vaksin AstraZeneca tersebut kini menyandang gelar profesor kehormatan (honoris causa), dengan gelar lengkap Prof (HC UA) Dr Carina Citra Dewi Joe BSc MSc PhD.
Kabar tersebut disampaikan Ketua Senat Akademik Unair, Prof Djoko Santoso dr PhD SpPD K-GH FINASIM dalam dalam Pengukuhan Guru Besar Unair, disiarkan di kanal YouTube Universitas Airlangga.
“SK Rektor Unair No 1297 UN3 2023 tentang Pengangkatan sebagai Profesor Kehormatan Universitas Airlangga, beliau sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Rekayasa Biomanufaktur. Jumlah dokumen publikasi terindeks Scopus 12, dengan H-index 7,” ucap Djoko dikutip dari detik.com
Djoko merinci, profesor kehormatan Unair tersebut merupakan lulusan S1 Biotechnology dari The University of Hong Kong (HKU) pada 2008. Kelahiran 21 April 1988 tersebut merampungkan S2 Master of Science in Biotechnology pada 2013 dan S3 Doctor of Philosophy in Biotechnology dari Royal Melbourne Institute of Technology (RMIT) pada 2019.
Dikutip dari laman Unair, Carina mengaku sempat berhenti menekuni bidang bioteknologi. Namun, ia memutuskan kembali ke bidang sains untuk menjadi ilmuwan.
“Saya sempat berhenti dari dunia bioteknologi karena mengambil sekolah memasak atas perintah orang tua saya, tapi saya merasa tidak nyaman. Saya memutuskan kembali pada cita-cita awal saya untuk menjadi ilmuwan,” tuturnya.
Ia lalu lanjut studi di bidang bioteknologi S2 dan S3 di RMIT, Australia. Keterlibatan dalam proyek pengembangan vaksin, termasuk vaksin hepatitis B, kemudian mengantarkan ia pada tawaran bergabung sebagai research scientist di The Jenner Institute, Nuffield Department of Medicine, University of Oxford di UK.
The Jenner Institute bergerak di bidang perancangan dan pengembangan vaksin. Uniknya, dalam lingkungan akademik, lembaga penelitian ini dapat memproduksi vaksin sendiri untuk trial klinis Fase 1 dan 2 dengan Good Manufacturing Practice Uni Eropa (EU GMP) lewat Clinical BioManufacturing Facility (CBF) yang terotorisasi Medicine and Healthcare products Regulatory Agency (MHRA), seperti dikutip dari laman resminya.
Pada 2020 lalu, Carina terlibat dalam pengembangan vaksin Oxford-AstraZeneca. Ia menuturkan, pada 2020, ia dan rekan-rekan semula diminta menyiapkan produksi GMP vaksin SARS-CoV-2 sebesar 200 liter melihat potensi risiko kasus di China akan menjadi pandemi.