Upaya meningkatkan populasi Belida sudah dilakukan oleh pihak Balai Riset Perikanan Perairan Umum dan Penyuluhan Perikanan. Pihaknya juga berhasil melakukan budidaya skala kecil di laboratorium namun untuk skala besar masih sangat sulit untuk dilakukan.
Belum juga berhasilnya upaya pembenihan yang selama ini telah dilakukan pun menyebabkan semakin menurunnya populasi Belida.
Belida merupakan ikan yang kerap bermigrasi dari sungai ke perairan rawa untuk mencari makan ataupun pergi untuk kawin. Karakteristik rawa ini dipengaruhi oleh pasang surut air di kawasan Sumsel memaksa Belida selalu berpindah-pindah. Ketika kemarau tiba, biasanya Belida akan kembali ke sungai.
Selama ini, para pembudidaya Belida mengaku sangat kesulitan untuk melakukan budidaya lantaran ikan tersebut merupakan ikan karnivora. Pakan ikan tersebut bisa berupa ikan kecil, udang, hingga serangga. Hal ini juga kerap dianggap tidak ekonomis.
“Makanannya karnivora jadi lumayan mahal dan secara ekonomi tidak menguntungkan. Kalaupun untung, sangat kecil. Makanya kebanyakan pembudidaya tidak bertahan lama. Kalau pun nanti bakal ada yang berupaya membudidayakan Belida lagi, kita akan bantu dengan menyediakan bibitnya,” ungkap dia.
Menurut Dina Muthmainah selaku Peneliti Balai Riset Perikanan Perairan Umum dan Penyuluhan Perikanan Palembang, Kepmen KKP nomor 1 tahun 2021 tersebut juga menjadi salah satu solusi awal untuk menyelamatkan populasi ikan yang dilindungi.
Untuk selanjutnya, pemerintah dapat menggalakkan budidaya 19 ikan yang dilindungi tersebut, termasuk Belida Sumatra, agar tidak punah.
Jika kondisi ini masih terjadi, Dina mengaku pihaknya masih belum bisa memprediksi kapan ikan ini akan punah di Sumsel. Namun belum ada penelitian yang lebih lanjut soal populasi Belida di Sumsel. Namun, jika berkaca dari Riau yang juga menjadi salah satu habitat Belida Sumatra, juga terdapat penurunan jumlah tangkapan dari 50,2 ton di 2003, menjadi 7,6 ton pada 2007. Atau 60 persen penurunan dalam waktu empat tahun.