Kemudian ada yang menyebutnya Idul Fitri lagi dengan hari raya makan. Memang, fithr itu artinya asalnya “membuka dan menampakkan”. Membelah sehingga nampak. Dalam al-Qur’an dinyatakan:
اِذَا السَّمَآءُ انْفَطَرَتْ
Artinya: “Apabila langit terbelah.” (QS. Al-Infitar [82]: 1).
Itu sebabnya, kita kalau puasa, pada saat mau makan dikatakan buka puasa (ifthar). Tentu saja wajar ada yang bilang hari raya makan, karena itu masuk salah satu makna. Itu sebabnya pula, Idul Fitri dikaitkan dengan zakat al-fithr. Ada kaitannya dengan makan.
Akan tetapi, kesannya, kata Quraish Shihab, kalau dikaitkan dengan makan rasanya terlalu sepele. Justru lebih jelas dan bagus fithr dalam kaitannya dengan fitrah. Allah Swt. berfirman:
فَاَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًا ۗ فِطْرَتَ اللّٰهِ الَّتِيْ فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۗ لَا تَبْدِيْلَ لِخَـلْقِ اللّٰهِ ۗ ذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ۙ وَلٰـكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَ
Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar-Rum [30]: 30).
Nabi Saw. bersabda:
كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ
Artinya: “Rasulullah SAW bersabda: Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang membuatnya menjadi orang Yahudi, orang Nasrani ataupun orang Majusi.”
Artinya, orang yang berpuasa, diterima puasanya dan dihapus dosanya sebagaimana dia ketika dilahirkan pertama kali. Firtah adalah suci dan suci itu ada 3 unsurnya yaitu, baik, benar dan indah. Pertama, baik (al-khair). Adalah mencari yang baik dan melahirkan akhlak yang baik itulah suci. Kedua, indah. Adalah mengekspresikan yang indah dan menghasilkan seni. Ketiga benar. Adalah mencari yang benar dan menghasilkan ilmu.
Jadi, yang suci, selalu baik, benar, dan indah. Kita beridul fitri berusaha untuk menjadi baik, berusaha untuk benar (dan semua apa yang kita lakukan itu dilakukan dan dibenarkan oleh ilmu pengetahuan), serta semuanya menjadi indah. Sehingga yang beridul fitri itu adalah ilmuan, budiman dan seniman. Tentunya, ini jauh lebih indah daripada mengatakan dan berkata hari raya makan. Wallahu a’lam bisshawaab.
*) Alumni PP Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo dan Nurul Jadid Paiton Probolinggo. Penulis juga kontributor tetap di E-Harian Aula digital daily news Jatim.