Jika demikian, apalah al-faizin itu kemenangan? Kalau kita membuka lembaran-lembaran al-Qur’an, ada sekitar 20 kali kata fauz terulang. Misalnya di dalam al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 185 dan Al-Ahzab ayat 71. Allah Swt. berfirman:
كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَاِنَّمَا تُوَفَّوْنَ اُجُوْرَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَاُدْخِلَ الْجَـنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَاۤ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ
Artinya: “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (QS. Ali Imran [3]: 185).
يُّصْلِحْ لَـكُمْ اَعْمَالَـكُمْ وَيَغْفِرْ لَـكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
Artinya: “Niscaya Allah akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia menang dengan kemenangan yang agung.” (QS. Al-Ahzab [33]: 71).
Dari sini kita tahu, bahwa fauz adalah pengampunan dosa dan masuk ke dalam surga. Jadi, ketika kita berkata “minal aidin wal faizin”, maka semoga kita termasuk kelompok orang yang diampuni Allah dan masuk ke surga. Jadi bukan hari kemenangan.
Ya begitulah. Sudah sangat banyak di masyarakat kita yang sudah salah kaprah sejak semula. Akibatnya, kalau kita menegurnya, dia akan bilang “oh itu salah”, padahal hal yang demikian tidakah benar.
Masih tentang kata fauz. Hanya satu kali dalam al-Qur’an kata fauz yang berbentuk afuuzu. Dalam al-Qur’an dikatakan:
وَلَئِنْ اَصَابَكُمْ فَضْلٌ مِّنَ اللّٰهِ لَيَـقُوْلَنَّ كَاَنْ لَّمْ تَكُنْۢ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهٗ مَوَدَّةٌ يّٰلَيْتَنِيْ كُنْتُ مَعَهُمْ فَاَفُوْزَ فَوْزًا عَظِيْمًا
Artinya: “Dan sungguh, jika kamu mendapat karunia (kemenangan) dari Allah, tentulah dia mengatakan seakan-akan belum pernah ada hubungan kasih sayang antara kamu dengan dia, “Wahai, sekiranya aku bersama mereka, tentu aku akan memperoleh kemenangan yang agung (pula).” (QS. An-Nisa’ [4]: 73).
Ini diucapkan oleh orang munafik. Ia tidak terlibat dalam perang. Namun, tiba-tiba kaum muslimin menang dan membawa harta rampasan yang banyak, terus dia katakan “aduh seandainya saya ikut orang-orang mukmin berperang nicaya saya akan memperoleh fauz yang besar.” Jadi, yang merasa sendiri itu orang munafik, sementara orang mukmin tidak merasa menang sendiri, dan tidak mau masuk surga sendiri.