Aulanews.id. JAKARTA – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan, seorang warga Kabupaten Pati yang disebut suspek monkeypox atau cacar monyet dinyatakan negatif. Itu terbukti dari hasil pemeriksaan sampel dari lesi kulitnya.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Maxi Rein Rondonuwu mengonfirmasi hasil pemeriksaan lesai kulit suspek monkeypox negatif. “Ada dua tahap pemeriksaan sampel yang harus dilakukan pada suspek tersebut. Pertama, pemeriksaan sampel dari orofaring. Kedua, pemeriksaan sampel dari lesi dan ruam-ruam,” jelas Maxi.
Pengujian sampel cairan lesi kulit selanjutnya dilakukan untuk memastikan hasil pemeriksaan terhadap suspek cacar monyet yang diidentifikasi pada 19 Juli 2022 di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, hasilnya negatif pula. “Pagi ini hasil dari sampel lesi kulit negatif,” katanya, hari Sabtu (6/8/2022).
Sebelum melakukan pemeriksaan sampel lesi, pasien suspek telah menjalani swab mulut dan tenggorokan atau orofaring. Hasil dari tes ini juga menunjukkan pasien negatif cacar monyet.
Dengan hasil tersebut, berarti hingga kini belum ada satupun kasus cacar monyet di Indonesia. “Meski sebagian besar negara sudah banyak melaporkan penyakit tersebut, tapi Indonesia belum ada,” ujar Maxi memastikan.
Menurut informasi yang disiarkan di laman resmi Organisasi Kesehatan Dunia, penyakit cacar monyet bisa menular dari binatang ke manusia melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, atau lesi kulit dan mukosa dari hewan yang terinfeksi virus penyebab cacar monyet.
Sedangkan penularan cacar monyet dari manusia ke manusia bisa terjadi akibat kontak dengan sekresi saluran respirasi, lesi kulit dari orang yang terinfeksi, atau benda-benda yang terkontaminasi virus. Penularan penyakit itu ditandai dengan gejala demam, sakit kepala, nyeri otot, kelelahan, serta munculnya ruam dan lentingan berisi nanah pada bagian tubuh seperti wajah, tangan, lengan, perut, badan, dan punggung.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan wabah monkeypox adalah situasi luar biasa yang sekarang telah memenuhi syarat sebagai darurat kesehatan global.
Meski demikian, pemerintah Indonesia menurut Maxi sudah melakukan sejumlah langkah pencegahan. Ia mengklaim, pemerintah telah melakukan surveilans aktif di semua pintu masuk negara terutama di bandara dan pelabuhan laut, setelah munculnya monkeypox di sejumlah negara.
“Deteksi dini di airport dilakukan oleh KKP (kantor kesehatan pelabuhan) terutama Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) dari Negara yang sudah ada kasusnya,” ucap Maxi. Ketika PPLN datang ke Indonesia petugas di pelabuhan dan bandara akan melakukan pemeriksaan suhu, memerika gejala-gejala monkeypox. Terutama pada kulit kemerahan atau ruam bintik-bintik merah, vesikel atau pustula yang ada di bagian muka, serta di telapak tangan. (MG3/Vin)