Aulanews.id – Low Tuck muda di usia 20 tahunnya memilih menimba ilmu di perusahaan ayahnya sebelum terjun mandiri di dunia bisnis. Tahun 1972, saat berusia 24 tahun Low Tuck pindah ke Indonesia mencoba peruntungan di bidang bisnis yang sama dengan sang ayah, yakni kontraktor bangunan.
Berdasarkan sejumlah sumber termasuk dari Forbes, laporan keuangan Bayan, situs resmi Bayan, dan literatur pemberitaan para taipan RI, Low Tuck lahir di Singapura pada 17 April 1948 silam dari keluarga dengan basis bisnis konstruksi. Ayahnya, David Low Yi Ngo, merupakan pemilik perusahaan konstruksi di Singapura.
Di tahun 1992, Low Tuck memutuskan berpindah kewarganegaraan dari Warga Negara Singapura menjadi Warga Negara Indonesia (WNI). Lima tahun setelahnya, November 1997, Low Tuck mengakuisisi PT Gunung Bayan Pratamacoal dan PT Dermaga Perkasapratama yang memiliki tambang. Setahun kemudian Low Tuck mengoperasikan terminal batu bara di Balikpapan, Kalimantan.
Dalam kurun waktu 10 hari, harta salah satu taipan di Indonesia tercatat meningkat nyaris Rp 13 triliun. Taipan yang dimaksud tersebut adalah bos dari konglomerasi batu bara, PT Bayan Resources Tbk (BYAN).
Sebenarnya selain di Bayan, Low Tuck juga memiliki kepemilikan saham yang cukup signifikan di batu bara lain yakni PT Samindo Resources Tbk (MYOH) yang memiliki kapitalisasi pasar Rp 3,93 triliun. Total kepemilikan sahamnya di emiten ini mencapai 14,18%.
Sejak itu, Low Tuck mengakuisisi sejumlah konsesi baru hingga resmi membentuk perusahaan induk yang dikenal dengan nama PT Bayan Resources.
Tidak seperti taipan lain yang namanya sering muncul dan diperbincangkan, Low Tuck Kwong cenderung lebih jarang disorot.
Lalu bagaimana perjalanan Low Tuck Kwong mampu menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia dan mengendalikan salah satu kerajaan batu bara terbesar di Tanah Air?
Ia membuat perusahaan konstruksi yang khusus menangani pekerjaan umum, konstruksi bawah tanah hingga konstruksi bawah laut. Perusahaan konstruksi sipil ini kemudian mendapatkan kontrak batu bara pada 1988.
Low Tuck sejatinya sudah masuk jajaran orang terkaya versi Forbes, Ia sempat berada di urutan ketiga orang terkaya di Indonesia pada tahun 2012 lalu, dengan total kekayaan mencapai US$ 3,6 miliar. Naik drastis dari US$ 1,2 miliar pada Maret 2010.
Melalui sejumlah perusahaan, Bayan Group memiliki hak eksklusif melalui lima kontrak pertambangan dan tiga kuasa pertambangan dari pemerintah Indonesia. Total konsesinya mencapai 81.265 hektar.