“Hanya dengan kemampuan dan kecerdasan membangun kerja yang berinisiatif, kolaboratif dan inovatif yang melibatkan semua warga dan elemen strategis Jatim, kita dapat menghasilkan tidak saja warga Jatim yang berbahagia dan sejahtera, namun juga menghasilkan putra-putri Jatim sebagai Game Changer,” imbuhnya.
Untuk itu, Khofifah terus menekankan pentingnya membangun SDM yang tangguh dan mampu menjadi game changer. Hal ini seperti disampaikan Presiden Joko Widodo, bahwa Indonesia ke depan menghadapi berbagai tantangan dan krisis.
“Semua hal itu merupakan tantangan besar yang membutuhkan usaha yang keras, cerdas dan inovatif. Semua hanya bisa berjalan apabila kita memiliki pemuda-pemudi yang tangguh, sat-set wat wet yang memiliki karakter dan kekuatan sebagai game changer.,” katanya.
Dalam proses pembangunan, lanjut Khofifah, Provinsi Jatim terus berpegang pada prinsip ‘no one left behind’, atau tidak ada satupun yang akan ditinggalkan. Melalui berbagai upaya tersebut, banyak keberhasilan yang telah diraih Provinsi Jatim.
Antara lain, Pemprov Jatim berhasil signifikan menurunkan kemiskinan ekstrem. Pada tahun 2020 kemiskinan ekstrem di Jatim 4,40%. Angka ini kemudian menurun di tahun 2021 menjadi 2,23%. Dan pada tahun 2022 turun lagi menjadi 1.56 persen.
“Jatim juga berhasil mengurangi ketimpangan sosial yang tercermin dari penurunan signifikan GINI ratio kita. Hal ini menunjukkan hasil prestasi yang kita capai dilalui dengan jerih payah dan pengorbanan dari seluruh elemen rakyat Jawa Timur,” katanya.
Jawa Timur juga membuktikan sebagai provinsi dengan gudangnya desa mandiri. Terbaru, berdasarkan pemutakhiran Indeks Desa Membangun (IDM) 2023, Jatim dinobatkan sebagai provinsi dengan desa mandiri terbanyak se-Indonesia, dengan keberhasilan membangun desa mandiri di berbagai pelosok wilayah Jawa Timur dengan 2.800 desa dengan status mandiri, 3.674 desa maju, dan 1.247 desa dengan status berkembang.