Kemudian, jelas Prof Masykuri, Kiai Hasyim Asy’ari melaksanakan shalat istikharah selama tiga hari untuk memohon petunjuk Allah. Setelah itu, Kiai Hasyim pun merestui agar tujuh kata tersebut dihapus demi menegakkan Indonesia di atas moral, etika, dan akhlak. “Dasar utamanya, negara kita ini harus ditegakkan di atas moral, di atas etika, di atas akhlakul karimah untuk menjaga persatuan dan kesatuan di tengah-tengah perbedaan,” ungkapnya.
Termait aspek sosial-ekonomi, nasionalisme Hadratussyekh Kiai Hasyin Asy’ari menghendaki agar tidak ada lagi eksploitasi yang dilakukan oleh asing. Dengan kata lain, Kiai Hasyim hendak membangun masyarakat yang bebas dari kemiskinan. “Caranya, mengajak masyarakat sekitar untuk mengembangkan pertanian dan peternakan agar para masyarakat sejahtera,” tutur Masykuri. “Aspek ketiga yaitu kultural. Beliau ingin menghidupkan kembali tradisi lokal yang sesuai dengan zamannya,” tambah Prof Masykuri.
Di samping itu, Prof Masykuri berpesan kepada seluruh pelajar di Indonesia agar tidak terpengaruh oleh kelompok transnasional yang telah masuk ke dalam negeri. Masykuri mengatakan bahwa di dalam Al-Qur’an tidak ada satu pun ayat yang menyebutkan kewajiban mendirikan negara Islam. “Bahkan dalam Piagam Madinah dijelaskan tentang cara menghargai perbedaan dalam sebuah bangsa agar orang-orang dalam bangsa itu bisa hidup damai,” tuturnya.
Sementara itu, Pengasuh Pesantren Tebuireng KH Abdul Hakim Mahfudz (Gus Kikin) mengatakan bahwa Halaqah Fikih Peradaban sangat penting untuk digelar di tengah zaman yang semakin modern. Lebih-lebih di era informasi yang kurang beraturan, sehingga membuat bingung dalam mencari kebenaran.