Aulanews.id. YOGYAKARTA – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) hari Kamis (11/8/2022) ini menggelar Halaqah Fikih Peradaban di Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta. Halaqah yang digelar dalam rangka menyongsong satu abad Nahdlatul Ulama (NU) ini akan mengangkat tema Fikih Siyasah NU dan Realitas Peradaban Baru.
Ketua PBNU Bidang Keagamaan, KH Ahmad Fahrur Rozi mengatakan halaqah di Pesantren Krapyak ini merupakan pembuka dari seluruh rangkaian halaqah yang akan di gelar di 250 titik di seluruh Indonesia. “Jadi, halaqah di pondok Krapyak ini adalah kick off pra muktamar internasional. Nantinya ini juga akan dilakukan secara serentak di 250 titik di seluruh Indonesia,” jelasnya.
Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Lakspesdam PBNU) Ulil Abshar Abdalla digelarnya halaqah ini untuk menghidupkan kembali halaqah pemikiran sepert di era Gus Dur. “Ketua Umum PBNU Gus Yahya ingin mengajak para kiai untuk memikirkan hal-hal yang sifatnya lebih fundamental menyangkut realitas peradaban baru,” kata Gus Ulil.
Gus Ulil yang saat dihubungi mengaku sedang dalam perjalanan menuju Yogyakarta mengungkapkan, sejatinya halaqah ini memiliki dua tujuan, yaitu menghidupkan tradisi halaqah di era Gus Dur dan mendorong kiai-kiai di lingkungan NU untuk mengeksplorasi lebih dalam kitab-kitab fikih, terutama fikih siyasah. “Fikih yang berkenaaan dengan masalah kenegaraan dibaca kembali di dalam konteks realitas peradaban baru,” terang pengampu Ngaji Ihya daring itu.
Menurutnya, salah satu kekuatan komunitas ilmiah di lingkungan pesantren-pesantren Nahdliyin adalah adanya warisan intelektual yang tertuang dalam kitab-kitab klasik, yaitu kitab kuning. Warisan-warisan pemikiran ini tergambar, antara lain dalam literatur fikih siyasah, yaitu fikih yang berkenaan dengan masalah kenegaraan. “Peradaban itu menyangkut soal tata dunia, tata negara, tata masyarakat, tata budaya, ekonomi hingga politik,” tegasnya.