Haiti: Lebih dari 20.000 orang melarikan diri karena kekerasan geng memicu perpindahan massal

Aulanews.id – Haiti telah menghadapi ketidakstabilan sejak pembunuhan Presiden Jovenel Moïse pada tahun 2021. Gelombang pengungsian saat ini, yang terbesar sejak Agustus 2023, terjadi ketika geng-geng bersenjata yang bergabung memperkuat cengkeraman mereka di ibu kota, membuat Polri kewalahan dan kekurangan perlengkapan.

Kota dikepungIbu kota tersebut menghadapi kelumpuhan total, IOM memperingatkan, menyusul insiden pekan lalu ketika pesawat komersial dilaporkan ditembaki, menabrak jet Spirit Airlines yang berbasis di Amerika Serikat saat mendarat di bandara nasional, dan melukai seorang pramugari.

Administrasi Penerbangan Federal AS telah melarang penerbangan ke Haiti setidaknya selama 30 hari ke depan. Penerbangan internasional masih dilarang, sehingga menambah rasa isolasi di negara yang terkepung ini.

Dengan terbatasnya akses ke pelabuhan utama dan jalan-jalan yang dikendalikan oleh geng, pasokan penting tidak dapat menjangkau populasi yang rentan, kata badan tersebut.

Terisolasinya Port-au-Prince memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah mengerikan,” Grégoire Goodstein, Ketua IOM di Haiti memperingatkan. “Dengan hanya 20 persen wilayah Port-au-Prince yang dapat diakses, pekerja kemanusiaan menghadapi tantangan besar dalam menjangkau populasi yang terkena dampak,” tambahnya.

Meningkatnya kekerasan gengKelompok kriminal di ibu kota terus melakukan ekspansi, menguasai lingkungan tambahan dan semakin mengisolasi komunitas.

Kepolisian nasional, yang bergulat dengan kekurangan sumber daya, masih kewalahan dan menghadapi tantangan besar dalam membendung meningkatnya kekerasan

Jumlah korban kekerasan terkait geng telah mencapai tingkat bencana, menurut kantor hak asasi manusia PBB (UNHCR) melaporkan hampir 4.000 kematian terkait geng pada tahun 2024 saja.

Kekerasan berbasis gender, termasuk kekerasan seksual yang digunakan sebagai senjata teror, telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Perempuan dan anak-anak menanggung beban krisis yang tidak proporsional, dengan 94 persen perempuan dan anak perempuan yang menjadi pengungsi mempunyai risiko kekerasan yang lebih tinggi.

Upaya respon kemanusiaanMeskipun ada kendala akses yang parah, IOM terus memberikan bantuan penyelamatan jiwa melalui klinik medis keliling, subsidi sewa untuk pengungsi, perlindungan layanan, dukungan psikologis, pengiriman air ke lokasi pengungsian dan dukungan di penyeberangan perbatasan.

Organisasi ini menjalankan operasinya di seluruh negeri, termasuk pusat perlindungan migran dan proyek stabilisasi komunitas.

Siaran Langsung

Kiai Bertutur

Sosial

Add New Playlist