Pollycarpus menjadi kru tambahan dalam penerbangan tersebut. Seharusnya Ia menjadi pilot utama untuk penerbangan ke Peking, Cina dari 5-9 September 2004. Lalu, pada Senin malam, Pollycarpus berangkat bersama-sama dengan Munir dari Bandara Soekarno-Hatta. Pada pukul 23.32 WIB, pesawat mereka tiba di Changi Airport setelah terbang selama 120 menit.
Setelah itu Pollycarpus mengantar Munir ke Coffee Bean melalui Gate 42. Mereka berdua kemudian minum di sana tapi minuman Munir sudah ditambahkan racun arsen dan dihabiskan oleh Munir. Keduanya berpisah, Munir melanjutkan perjalanan ke Belanda dan Pollycarpus kembali ke Jakarta.
Pada Selasa pukul 10.47 dini hari, Pollycarpus berkabar kepada Budi Santoso, “Ikan besar ditemukan di Singapura. “Munir kemudian meninggal dua jam sebelum pesawat mendarat di Bandara Schipol Amsterdam. Berdasarkan hasil otopsi dari pemerintah Belanda, terdapat 3.1 mg racun arsen di tubuh Munir. Kasus ini telah diangkat ke ranah hukum Indonesia, namun keputusan hakim untuk durasi penahanan Muchdi pada Rabu, 31 Desember 2008 jauh lebih sedikit dari permintaan jaksa yakni 15 tahun di penjara.”Dinyatakan terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan merencanakan pembunuhan Munir, sesuai dakwaan jaksa,” kata Ketua Majelis Hakim Suharto dikutip dari akun Twitter @sqntuy yang memuat kembali isi artikel Bjorka dalam threadnya.
Indra Setiawan yang merupakan Presiden Direktur PT Garuda telah Indonesia Airways didakwa membuat surat palsu dan mendekam di penjara selama satu tahun. Sementara Pollycarpus dengan dakwaan sebagai pelaksan pembunuh Munir telah keluar dari penjara pada 28 September 2014. Di sisi lain ada Muchdi yang bahkan tidak didakwa sebagai otak dari rencana pembunuhan Munir.(MG5/Vin)