Aulanews.id – Habib Umar Muthohar Semarang menyampaikan 5 M saat menghadiri Haul Masyayikh Pondok Pesantren Langitan, Widang, Tuban, Jawa Timur, Kamis (31/8/2023) siang.
5 M tersebut, kata Habib Umar, bukan lima hal yang harus dijauhi atau yang dikenal dengan istilah Mo Limo (tidak melakukan lima hal). Akan tetapi, 5 M ini menurutnya yang perlu dilakukan pada peringatan haul.
Adapun lima M tersebut adalah maulid, manaqib, mauidhah, madhang, mulih. Maulid yaitu pembacaan shalawat kepada Nabi Muhammad saw. Hal ini dilakukan secara langsung pada Haul Langitan. Seluruh hadirin turut serta membaca maulid, shalawat, tahlil, dan Ratibul Haddad.
Manaqib merupakan cerita para ulama. Sementara, Mauidhah adalah pemberian nasihat. Dua hal ini disampaikan secara bergantian dalam satu momen oleh dua ulama dan habib pada Haul Masyayikh Langitan tahun 2023 ini, yakni Habib Ubaidillah bin Idrus al-Habsyi dan Habib Umar Muthohar.
Lalu, madhang merupakan acara makan-makan. Dalam konteks Haul Langitan ini, semua hadirin disediakan makan bareng. Usai mauidhah, para hadirin melingkar tujuh orang dan makan satu nampan bersama-sama. Mereka tampak menikmati hidangan dengan lauk sayur, daging, kerupuk, lengkap dengan buah pisang dan minumannya. M terakhir adalah mulih, yakni pulang ke kediaman masing-masing.
Haul Langitan 2023 ini ditutup dengan doa dari seorang habib sekaligus ulama dari Yaman. Hadir pula para masyayikh dari berbagai daerah di Indonesia. Puluhan ribu masyarakat juga menyemut turut mengharap berkah dari haul ini.
Acara inti haul ini diawali pembacaan shalawat, diikuti oleh pembacaan Maulid Nabi Muhammad saw dan Ratib al-Haddad. Barulah kemudian diisi dengan maudihah hasanah dan ditutup dengan doa.
Sebelumnya, digelar pula Ziarah Makbarah Masyayikh Langitan dan Khatmil Qur’an bil Ghaib pada Kamis (31/8/2023) pagi. Pada Kamis (31/8/2023) malam, akan digelar Shalawatan.
Sebagai informasi, Pesantren Langitan merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia. Berdirinya lembaga ini jauh sebelum Indonesia Merdeka, yaitu tepatnya pada tahun 1852, di Dusun Mandungan, Desa Widang, Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Komplek Pesantren Langitan terletak di samping Sungai Bengawan Solo dan berada di atas areal tanah seluas lebih kurang tujuh hektare.