Habib Umar bin Hafidz Apresiasi Kiprah NU

Habib Umar bin Hafidz, Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, bersama para ulama.
Habib Umar bin Hafidz, Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar, bersama para ulama.

Dijelaskan olehnya, bahwa NU adalah organisasi sosial keagamaan terbesar di Indonesia, bahkan organisasi keislaman yang berhaluan Ahlussunnah wal Jama’ah terbesar di dunia, dengan jumlah warga yang terafiliasi lebih dari 100 juta orang. NU merupakan organisasi keislaman yang berlandaskan pada manhaj Ahlussunnah wal Jama’ah, yang dalam aqidah mengikuti manhaj imam al-Asy’ari dan al-Maturidi; dalam syariah mengikuti manhaj para imam mujtahid empat, khususnya Imam Syafi’i’; dan dalam akhlaq mengikuti manhaj para ulama sufi yang muktabar, seperti Imam Junaid, Imam Ghazali dan lain-lain.

NU juga berpegang teguh pada prinsip tawassuth, i’tidal, tawazun, tasamuh dalam menjalankan nilai-nilai keagamaan Islam.

Lebih lanjut, Kiai Zulfa juga menjelaskan, bahwa NU didirikan satu abad silam, tepatnya pada 16 Rajab 1344 Hijriah di Kota Surabaya, kota yang menjadi tempat pertemuan antara Habib Umar bin Hafidz dengan para pengurus harian PBNU. NU didirikan untuk meneruskan risalah dakwah Islam Ahlussunnah wal Jama’ah yang telah berlangsung sejak masa kenabian, sahabat, tabi’in, para salafus sholih, hingga abad ke-20 M. Risalah dakwah tersebut telah berlangsung dari generasi ke generasi tanpa putus, yang kemudian terestafetkan tonggak risalahnya oleh NU.

Selanjutnya, kiprah internasional NU telah dimulai sejak tahun-tahun awal mula berdirinya. Hal ini termanifestasikan dalam gerakan Komite Hijaz di tahun 1926-1928. Komite Hijaz adalah inisiatif besar yang dilakukan oleh NU untuk merespons berubahnya tatanan global dunia Islam pada saat itu, pasca runtunya kekhalifahan Turki Ottoman di tahun 1924, disusul dengan jatuhnya kota suci Makkah ke pihak penguasa Nejd (al-Saud) yang memiliki ideologi “tersendiri”.

Melalui Komite Hijaz, NU menginisiasi gerakan internasional agar tradisi intelektual dan spiritual Islam yang telah berkembang selama berabad-abad lamanya di kota suci Makkah tetap dipertahankan, juga agar monumen dan situs-situs bersejarah tetap dilestarikan. Dengan Komite Hijaz, NU hendak mengkampanyekan agar ideologi tradisional Ahlussunnah wal Jama’ah terus berjalan dan berkembang.

Peran NU juga, katanya, tampak sangat signifikan dalam sejarah perjalanan negara-bangsa Indonesia, baik pada masa pra-kemerdekaan, masa kemerdekaan, masa mempertahankan kemerdekaan hingga masa sekarang ini. NU senantiasa menunjukkan komitmen dan kontribusinya bagi terus tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Siaran Langsung

Kiai Bertutur

Sosial

Add New Playlist