“Kalau pakai gamis itu santri nasional Arab, tidak salah tapi selayaknya yang dikatakan santri nasional adalah dengan sarung, songkok dan sandal seperti ini,” lanjut beliau.
Beliau juga mengkritik fenomena di mana beberapa pihak yang mengaku sebagai santri justru mencoba menghapus budaya tradisional dengan alasan agama. “Banyak yang mengaku santri tapi tidak memiliki jiwa nasionalisme, yang sedikit-sedikit bid’ah dan sebagainya, itu sangat jelas bukan santri nasional” tegas KH Badrud Tamam.
Ketua ASWAJA NU Jember ini menekankan bahwa santri tidak harus semuanya menjadi ulama, namun harus memiliki jiwa nasionalisme yang kuat. “Santri yang baik adalah yang mampu mempertahankan budaya Indonesia sambil menguatkan agama Islam, tanpa membenturkannya,” pungkas beliau.
Wildan Miftahussurur