“Proses kaderisasi pucuk kepemimpinan NU di masa lalu dapat menjadi contoh yang bagus, ketika Gus Dur digantikan almarhum Dr KH Hasyim Muzadi dan setelahnya dilanjutkan Prof KH Said Agil Siradj,” ujarnya.
Ada pelajaran yang bisa dipetik ketika Gus Dur memimpin, yakni hampir tidak terlihat tokoh sekaliber Gus Dur. Seakan tidak ada yang layak menggantikannya.
“Namun ternyata tampil KH Hasyim Muzadi yang sukses memimpin NU dengan sangat baik, santun dan sejuk bahkan bisa bermain di kancah Internasional sehingga terbentuk jaringan PCINU internasional di berbagai negara dan melahirkan ICIS : International Conference of Islamic Scholar (Konferensi Sarjana Islam Internasional),” kata Gus Fahrur.
Setelah dua periode menjabat ketum PBNU KH Hasyim Muzadi tidak berkenan maju kembali untuk ketiga kalinya dan tampillah Prof Dr KH Said Aqil Siradj.
“Almarhum Prof Dr KH Tholchah Hasan mengatakan waktu dua periode sudah sangat cukup untuk melakukan kaderisasi dan melahirkan pemimpin baru,” papar dia.
IGGI mengharapkan tampil pemimpin muda NU dalam muktamar mendatang yang berkomitmen meneguhkan NU sebagai ormas Islam berfaham aswaja yang moderat, toleran.
Terakhir, selalu memperkuat tiga ukhuwah, yakni ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan sebangsa dan setanah air), dan ukhuwah insaniyah (persaudaraan sesama umat manusia).