Apakah batasan dua periode itu juga untuk seluruh badan otonom (Banom)?
Ya, ya, ya, itu menjadi konsen kita semua.
Bagaimana dengan narasi yang terbangun, bahwa periode jabatan tidak perlu dibatasi karena itu merupakan pengabdian terakhir di NU?
Begini, pengabdiannya itu tidak harus jadi pengurus, dia di luar pengurus pun tetap bisa mengabdi pada NU. Jadi di NU itu tidak dibatasi sebagai pengurus, tapi siapa pun boleh ngurus. Bantulah urusan ekonomi, pendidikan, atau apa.
Itu saya setuju tidak dibatasi berkhidmat di NU. Artinya tidak dibatasi oleh jabatan, seumur hidup dia boleh berbuat baik, jangan terus minta menjabat. Itu justu membatasi dirinya di dalam skup yang kecil.
Itu saya sepakat, pengabdian di NU tidak boleh dibatasi seumur hidup, tidak boleh dibatasi dalam satu jabatan, khidmatnya tetap. Kita ini kalau enggak jadi pengurus pun harus tetap komitmen pada NU, jangan waktu hanya menjabat aja, gitu lho, maknanya begitu.
Jadi tidak boleh dibatasi oleh jabatan. Silakan tetap berkarya untuk NU, Kiai Said tetap akan memberikan pikirannya, ilmunya untuk NU. Itu tidak ada masalah.
Baik. Soal ada yang mempertanyakan pendidikan Gus Yahya yang tak bergelar tinggi secara akademik?
Oh, kepintaran orang itu tidak boleh diukur oleh gelar. orang tidak harus dipintarkan di sekolah, pendidikan ini adalah sekolah kita. Anda lihat Susi (Susi Pudjiastuti, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan RI) tamatan SMP yang luar biasa.
Jadi saya tidak setuju kalau kepintaran orang itu dibatasi oleh sekolahnya. Sekolah itu adalah salah satu sarana, tapi dia bisa belajar dalam kehidupan ini, dalam karya-karya dia. Banyak orang-orang hebat yang tidak lahir dari sekolah. Jadi sekolah itu bukan segala-galanya, orang-orang hebat itu tidak sekolah tinggi-tinggi.
Kalau mau jadi rektor ya itu memang harus profesor. Ini pemimpin NU, bukan pemimpin perguruan tinggi, nanti ada ketua bidang perguruan tinggi, gitu lho.
Apakah untuk jadi bupati juga harus dokter, kan enggak usah toh. Tinggal dicarikan dokter untuk kepala rumah sakit. Masak mau bilang wah ini banyak rumah sakit bupatinya bukan dokter, kan ndak perlu toh. Apakah Jokowi (yang tidak bergelar dokter) tidak layak jadi presiden, karena Indonesia ini punya ribuan rumah sakit. Itu logikanya, ini soal kepemimpinan.
Jadi kalau urusan akademik, Gus Yahya tinggal panggil para doktor dan profesor di NU ya..
Tinggal panggil staf ahli, para profesor sesuai bidangnya. Jokowi tidak harus menjadi dokter, pilot, ada yang ngurusi kapal dan lainnya. Dia bukan manusia ajaib, tapi dia menjadi komposer dari semua itu.